“Haha…
ketua geng motor nangis?” sindiran itu sangat terdengar jelas ditelinga Cakka,
suara yang berasal dari seseorang yang berada di belakangnya
Cakka membalikkan badannya, wajahnya terlihat heran melihat seseorang yang kini berada di hadapannya. Sosok laki-laki sebayanya dengan badan kurus dan rambut berpotongan polem (poni lempar). Wajah yang sangat asing, namun sepertinya ia sangat mengenal orang itu. Tapi siapa?? Mengapa orang itu bisa tahu jika Cakka adalah ketua geng motor, padahal yang tahu hal itu hanya sebagian orang saja.
“Ikut gue!!!!” laki-laki itu memegang sikut Cakka dan menariknya keluar
***
In Cafee Gemini
Oik membisu, ia bingung harus menjawab apa untuk permintaan Obiet. Permintaan Obiet adalah permintaan yang sangat kejam, baginya. Oik memang menyayangi Obiet, namun Obiet tak sepantasnya meminta Oik agar memberikan Cakka kesempatan untuk mencintainya. Bagaimana Oik dan Cakka saling mencintai, keduanya saja tidak saling mengenal. Apa yang telah dilakukan Obiet samadengan memberi Oik sebuah harapan, kemudian menghancurkan harapan itu. Sangat jahat bukan?
Beberapa menit kemudian Oik mengangguk, ia menyetujui permintaan konyol dari Obiet. Obiet menaikkan alisnya, sepertinya ini bukanlah jawaban yang diinginkannya. Lalu, apa keinginan dan tujuan Obiet yang sebenarnya?? Membingungkan.
“Oik akan belajar menyayangi …….”
“Namanya Cakka” jelas Obiet
“Ya, Oik akan belajar menyayangi Cakka”
“Tapi cinta Oik kepada Obiet tidak akan mudah berhenti”
“Semua yang Oik lakukan hanya untuk Obiet, dan demi Obiet”
“Jangan menyesal dengan keputusan yang Oik ambil, karena Oik melakukan ini untuk Obiet”
“Terimakasih untuk harapan palsunya” Oik meraih tas putih yang disimpan diatas meja bernomorkan 23, kemudian pergi meninggalkan Obiet.
Obiet tetap membisu sampai langkah kaki Oik sudah tak terlihat lagi. Ia merasa menjadi orang bodoh yang sudah terakreditasi A. Ia mengacak-ngacak rambutnya layaknya orang frustasi.
“Bodoh”
“Obiet bodoh”
“Niat awal loe ngajak Oik kesini, untuk menyatakan perasaan loe yang sebenarnya”
“Bukan untuk menawarkan Cakka kepada Oik” Obiet terus menyalahkan dirinya sendiri. Ia meneguk segelas jus jeruk yang terletak diatas meja bernomorkan 23 tersebut untuk menenangkan dirinya agar tidak emosi. Ia menghabiskan segelas jus tersebut dalam waktu yang cukup singkat dan meletakkannya kembali pada tempat semula.
“Mana mungkin Oik bisa mencintai Cakka dengan tulus”
“Mereka saja tidak saling menegenal”
“Dia sendiri yang bilang bahwa cintanya untuk gue gak akan mudah berhenti”
“Oik memang gadis bodoh”
“Ya ya ya bisa jadi”
***
Ext. Cafee Gemini
“Jadi darah dan anting-anting itu milik Ando?” ujar Cakka dengan nada tinggi
"Sssstttt jangan keras-keras" ia ketakutan
“Gue takut Cak, gue takut ketahuan polisi. Jadi gue melakukan operasi plastic”
“Jadi yang loe lakukan ini untuk menghindari diri dari incaran polisi?” Cakka menolehkan pandangannya kepada laki-laki pemilik potongan rambut polem yang sedang berdiri di samping kanannya. Laki-laki itu mengangguk mantap.
“Hm. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga” sindir Cakka
“Sayangnya gue bukan tupai, dan gue lebih pandai dari tupai” balasnya
“Udah deh loe gak perlu neken gue, gue melakukan ini semua demi keselamatan loe juga” jelas Rohan yang membuat Cakka kebingungan. Rohan membisu, tatapannya kosong. Ia memutar kembali rekaman kejadian beberapa hari yang lalu, kejadian yang membuat hidupnya tak karuan seperti ini.
*Flash Back
Cakka membalikkan badannya, wajahnya terlihat heran melihat seseorang yang kini berada di hadapannya. Sosok laki-laki sebayanya dengan badan kurus dan rambut berpotongan polem (poni lempar). Wajah yang sangat asing, namun sepertinya ia sangat mengenal orang itu. Tapi siapa?? Mengapa orang itu bisa tahu jika Cakka adalah ketua geng motor, padahal yang tahu hal itu hanya sebagian orang saja.
“Ikut gue!!!!” laki-laki itu memegang sikut Cakka dan menariknya keluar
***
In Cafee Gemini
Oik membisu, ia bingung harus menjawab apa untuk permintaan Obiet. Permintaan Obiet adalah permintaan yang sangat kejam, baginya. Oik memang menyayangi Obiet, namun Obiet tak sepantasnya meminta Oik agar memberikan Cakka kesempatan untuk mencintainya. Bagaimana Oik dan Cakka saling mencintai, keduanya saja tidak saling mengenal. Apa yang telah dilakukan Obiet samadengan memberi Oik sebuah harapan, kemudian menghancurkan harapan itu. Sangat jahat bukan?
Beberapa menit kemudian Oik mengangguk, ia menyetujui permintaan konyol dari Obiet. Obiet menaikkan alisnya, sepertinya ini bukanlah jawaban yang diinginkannya. Lalu, apa keinginan dan tujuan Obiet yang sebenarnya?? Membingungkan.
“Oik akan belajar menyayangi …….”
“Namanya Cakka” jelas Obiet
“Ya, Oik akan belajar menyayangi Cakka”
“Tapi cinta Oik kepada Obiet tidak akan mudah berhenti”
“Semua yang Oik lakukan hanya untuk Obiet, dan demi Obiet”
“Jangan menyesal dengan keputusan yang Oik ambil, karena Oik melakukan ini untuk Obiet”
“Terimakasih untuk harapan palsunya” Oik meraih tas putih yang disimpan diatas meja bernomorkan 23, kemudian pergi meninggalkan Obiet.
Obiet tetap membisu sampai langkah kaki Oik sudah tak terlihat lagi. Ia merasa menjadi orang bodoh yang sudah terakreditasi A. Ia mengacak-ngacak rambutnya layaknya orang frustasi.
“Bodoh”
“Obiet bodoh”
“Niat awal loe ngajak Oik kesini, untuk menyatakan perasaan loe yang sebenarnya”
“Bukan untuk menawarkan Cakka kepada Oik” Obiet terus menyalahkan dirinya sendiri. Ia meneguk segelas jus jeruk yang terletak diatas meja bernomorkan 23 tersebut untuk menenangkan dirinya agar tidak emosi. Ia menghabiskan segelas jus tersebut dalam waktu yang cukup singkat dan meletakkannya kembali pada tempat semula.
“Mana mungkin Oik bisa mencintai Cakka dengan tulus”
“Mereka saja tidak saling menegenal”
“Dia sendiri yang bilang bahwa cintanya untuk gue gak akan mudah berhenti”
“Oik memang gadis bodoh”
“Ya ya ya bisa jadi”
***
Ext. Cafee Gemini
“Jadi darah dan anting-anting itu milik Ando?” ujar Cakka dengan nada tinggi
"Sssstttt jangan keras-keras" ia ketakutan
“Gue takut Cak, gue takut ketahuan polisi. Jadi gue melakukan operasi plastic”
“Jadi yang loe lakukan ini untuk menghindari diri dari incaran polisi?” Cakka menolehkan pandangannya kepada laki-laki pemilik potongan rambut polem yang sedang berdiri di samping kanannya. Laki-laki itu mengangguk mantap.
“Hm. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga” sindir Cakka
“Sayangnya gue bukan tupai, dan gue lebih pandai dari tupai” balasnya
“Udah deh loe gak perlu neken gue, gue melakukan ini semua demi keselamatan loe juga” jelas Rohan yang membuat Cakka kebingungan. Rohan membisu, tatapannya kosong. Ia memutar kembali rekaman kejadian beberapa hari yang lalu, kejadian yang membuat hidupnya tak karuan seperti ini.
*Flash Back
Kedua pembalap liar sudah siap untuk melakukan aksinya,keduanya mengambil ancang-ancang untuk melajukan motornya. Rohan dengan mio hijau rakitannya, sedangkan Aliando dengan vario putih keluaran terbaru. Rohan menolehkan pandangannya kesamping kanan, yang berarti posisi lawannya yaitu Ando. Ando membalas tatapan Rohan, ia tersenyum remeh. Dalam hal ini, Ando memang jagonya. Kemahiran Ando dalam balapan memang sangat jauh lebih baik dibanding Rohan.
“Are you ready????” ujar seorang yang siap untuk mengibaskan bendera, pertanda bahwa pertandingan siap dimulai. Rohan dan Ando mengangguk mantap, kemudian melajukan motornya secara bersamaan.
Kedua pembalap tersebut telah melajukan motornya dengan kecepatan diatas normal. Sedangkan yang lain bersorak memberi dukungan pada jagoannya masing-masing. Pertandingan berjalan dengan lancar. Pada putaran pertama sampai putaran kedua Ando berada pada posisi pertama, dengan jarak yang cukup jauh dari Rohan. Rohan tidak putus asa, ia menambah kecepatan motornya. Hingga pada putaran ketiga, Rohan berhasil menyamakan kedudukan. Sepertinya bukan Rohan yang menyamakan kedudukan, tetapi Ando yang mengurangi kecepatan motornya sehingga posisi keduanya seimbang.
“Looser!!!!!” sinis Ando sambil menolehkan pandangannya pada Rohan
“Spam loe, Ndo” balas Rohan emosi
Entah apa yang ada dalam pikiran Ando, diputaran terakhir ini ia malah menyamakan kecepatan motornya dengan Rohan. Padahal ia bisa saja melaju lebih cepat dari Rohan. Rohan sedikit bingung, mungkin ini adalah trik yang dimainkan Ando untuk sampai garis finish lebih cepat. Sebelum Ando berhasil membuyarkan konsentrasinya, ada baiknya jika ia yang terlebih dahulu membuyarkan konsentrasi Ando. Terlintas sebuah pikiran picik dalam benak pengendara mio hijau ini. Ia mendekatkan motornya dan menendang motor vario yang ada disampingnya. Pengendara vario kehilangan control, ia terjatuh dengan posisi miring dan badannya tertimpa kendaraannya. Helmnya terlepas, kepalanya terbentur ke aspal sampai mengeluarkan darah segar, anting-anting hitamnya juga ikut lepas. Rohan menghentikan motornya, ia menolehkan pandangannya kearah Ando yang tergeletak tak berdaya. Rohan ketakutan, ia menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri “Untung gak ada yang tahu”. Rohan melajukan kembali motornya sebelum ada saksi mata.
*flash back off
“Sorry Han, gara-gara gue hidup loe jadi berantakan”
“Gak apa-apa, itu udah kewajiban gue sebagai temen”
***
Eldwin membuka matanya secara perlahan. Ditatapnya langit biru yang terhampar luas diatas pandangannya. Posisinya saat ini adalah terbaring diatas rumput hijau yang terletak di sebuah tempat yang sangat tak asing baginya. Ia tersenyum sambil menghembuskan nafas panjangnya setelah melihat karunia yang maha kuasa. Eldwin mengangkat kedua tangannya, ditatapnya tiga jari bagian kanan yang putus akibat dipotong oleh Saufyka. Matanya berkaca-kaca.
"Kaka tetap tampan kok"
"Walau tanpa tiga jari pada tangan kanan"
Eldwin menoleh ke arah suara yang berasal dari samping kirinya. Suara lembut yang mengalun indah bagai sebuah shymphoni. Air matanya tumpah saat melihat sebuah sosok yang ada disampingnya. Eldwin bangkit dari posisi sebelumnya.
"Mama.........." Eldwin menjatuhkan tubuhnya diatas pelukan wanita berjilbab putih, yakni wanita yang amat sangat dirindukannya
"Kaka yang sabar ya" balas wanita tersebut sambil membelai rambut hitam Eldwin
"Kaka gak kuat...maaaaaaaaa" Isak Eldwin
"Kaka kuat kok"
"Kaka gak sesempurna dulu maaaaa"
"Kaka sayang, lihat mama" wanita itu memegang pundak Eldwin, keduanya bertatapan.
"Ka....Kesempurnaan itu adalah bagaimana cara kita menggunakan kekurangan yang kita miliki untuk berkontribusi terhadap orang-orang yang membutuhkan. Bukan bagaimana keadaan fisik kita"
"Tapi ma......"
"Mama tahu kaka adalah seorang blogger, tapi kondisi kaka yang sekarang bukanlah alasan untuk kaka menghentikan mimpi kaka"
"Perjalanan hidup kaka masih panjang"
"Pulanglah!!!! Berjuang untuk melanjutkan mimpi kaka"
"Tetap berprestasi dan jadilah orang yang berguna untuk nusa, bangsa dan agama"
"Gak ma...Kaka ingin bersama mama"
"Tidak Ka..kita sudah berbeda dunia"
"Lakukan semuanya dengan ikhlas"
"Karena ALLAH SWT" sebuah kecupan mendarat di kening Eldwin. Kecupan yang sudah lama tak didapatnya. Sosok itu menghilang dalam waktu sekejap mata
***
"MAMAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA" teriak Eldwin dari dalam ruang perawatan.
Dr Riezma dan suster Sri segera
menghampiri Eldwin. Bukan karena mereka khawatir dengan keadaan Eldwin,
melainkan saat ini adalah jadwalnya untuk memeriksa sekaligus mengganti cairan
infus yang dipergunakkan oleh Eldwin.
"Masih sakit??" Dr Riezma memegang tiga jari Eldwin yang kini memiliki ukuran setengahnya dari ukuran sebelumnya. Eldwin menggigit bibir bagian bawahnya. Bukan karena ia kesakitan, namun ia merasa iba dengan kondisinya yang sekarang.
"Eldwin, kamu tidak apa-apa kan?" Dr Riezma melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Eldwin hingga Eldwin tersadar dari lamunannya. Eldwin masih membisu, mungkin ia masih terauma dengan hal ini.
Setelah Dr Riezma dan Suster Sri menyelesaikan tugasnya, mereka meninggalkan Eldwin. Mungkin saat ini Eldwin membutuhkan banyak waktu untuk menyendiri. Bukan untuk meratapi nasib, melainkan untuk belajar menerima kenyataan.
"Masih sakit??" Dr Riezma memegang tiga jari Eldwin yang kini memiliki ukuran setengahnya dari ukuran sebelumnya. Eldwin menggigit bibir bagian bawahnya. Bukan karena ia kesakitan, namun ia merasa iba dengan kondisinya yang sekarang.
"Eldwin, kamu tidak apa-apa kan?" Dr Riezma melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Eldwin hingga Eldwin tersadar dari lamunannya. Eldwin masih membisu, mungkin ia masih terauma dengan hal ini.
Setelah Dr Riezma dan Suster Sri menyelesaikan tugasnya, mereka meninggalkan Eldwin. Mungkin saat ini Eldwin membutuhkan banyak waktu untuk menyendiri. Bukan untuk meratapi nasib, melainkan untuk belajar menerima kenyataan.
Beberapa menit kemudian Obiet
datang. Ia membawa sekeranjang buah-buahan. Obiet sangat peduli kepada Eldwin,
untuk itu ia menyempatkan datang kemari untuk menjenguk pria yang kini berada
di hadapannya. Ditatapnya tiga jari Eldwin yang kini memiliki panjang
setengahnya dari panjang sebelumnya. Eldwin mencoba tersenyum dalam kondisi
seperti ini, walau hanya sebuah senyum miris. Ia teringat akan pesan dari sang
mama yang menuruhnya untuk tetap kuat dan ikhlas. Mama juga mengatakan bahwa
perjalanan hidupnya masih panjang, mimpinya tak cukup sampai disini, dan
kondisinya yang sekarang bukanlah alasan untuknya menghentikan mimpi.
“Win, loe gak apa-apa kan?” Obiet
mulai cemas melihat Eldwin yang sedari tadi memandang lurus dengan tatapan
kosong
“Win……” Obiet melambaikan tangannya
didepan wajah Eldwin
“Eldwinnn” nada suaranya meninggi
sehingga berhasil membuyarkan lamunan Eldwin.
“Win, please!!!!! Belajar menerima
kenyataan”
“Gue tahu kalau jari loe memang penting
banget buat loe, tapi gak sewajarnya loe terus-terusan murung seperti ini”
“Di luar sana…..masih banyak
orang-orang yang lebih menyedihkan dari kondisi loe yang sekarang”
“Loe minder???”
“Oke gue bakalan potong jari gue
sekarang juga, agar loe ada temen”
“Atau loe butuh jari???”
“Gue akan potong jari gue sekarang
juga dan dicangkokkan untuk jari tangan loe” Setelah selesai berpidato, Obiet
segera mengambil pisau yang terletak di atas meja dan mengambil ancang-ancang
untuk memotong jarinya.
“Loe ngapain?” Eldwin mulai angkat
bicara
“Gue mau potong jari gue”
“Gak usah. Gue udah bisa menerima
semuanya dengan ikhlas”
“Loe kenapa sih peduli banget sama
gue?”
“Karena loe udah nyelametin nyawa
gue”
“Segitunya?” Eldwin mengerutkan
dahinya, Obiet mengangguk mantap
Eldwin meraih remote yang terletak
diatas bantalnya. Televisi menyala. Seperti biasanya, Eldwin lebih senang
menonton berita dibanding FTV atau acara music yang penyanyinya adalah boyband
(apalagi boyband STANZA [?])
‘Akhirnya jenazah dari Suci Anggraeni
telah ditemukan. Jenzah tersebut ditemukan menyangkut diatas pohon besar yang
jaraknya tidak jauh dari TKP oleh seorang anak laki-laki yang berniat untuk
mengambil layang-layang yang menyangkut di pohon. Inilah penjelasan dari…..’
Obiet menekan tombol panah atas pada
remote yang berarti memindahkan saluran televisi
“Barbie a Fairy Topia?” Eldwin
menaikkan alisnya. Ia tak paham mengapa Obiet mengganti channel favorite-nya
menjadi film cartoon
“Loe itu butuh refreshing.
Nonton berita Cuma bikin tegang” jawab Obiet bohong.
Sebenarnya Obiet takut jika Eldwin
mengetahui bahwa kecelakaaan maut yang terjadi di BUGENVILLE disangkut mautkan
dengan buku karangannya. Karena kemungkinan besar hal tersebut dapat merusak
mental Eldwin yang sekarang. Apalagi dengan kondisinya yang seperti ini.
***
Suasana kamar yang gelap gulita,
hening, dan angin berhembus kencang walau jendela kamar tertutup rapat. Fauzy
meletakkan sesuatu dengan bentuk bulat (baca: tidak terlalu bulat) kedalam
kotak berukuran sedang. Kemudian ia meraih figura berwarna biru muda yang
terletak pada dinding kamarnya. Ia tak hentinya menatapi foto yang berada pada
figura tersebut. Foto seorang perempuan berwajah imut dengan rambut panjang
terurai, siapa lagi kalau bukan foto Acha.
Hari ini adalah hari kelima setelah
kepergian Acha, Fauzy masih merasakan duka yang mendalam. Ia masih sulit
menerima kenyataan jika Acha telah tiada,
“Kamu memang sudah mati, namun
cintaku untukmu tak akan pernah mati” Fauzy meletakkan kembali figura tersebut
pada tempat semula. Ia merasakan basah pada bagian tangannya, ternyata tangan
Fauzy berlumuran darah. Tanpa ia sadari kaos putihnya ikut terkotori darah
karena ia membersihkan tangannya dengan menggunakan kaos tersebut.
***
Hari ini adalah hari Rabu, hari
dimana mata kuliah olahraga dilaksanakan. Sepertinya kondisi tubuh Obiet sedang
tidak mendukung, untuk itu ia lebih memilih ijin dari mata pelajaran tersebut.
Di saat teman-temannya yang lain sedang sibuk melaksanakan olahraga di
Lapangan, Obiet berdiam diri di luar kelas sambil mendengarkan ‘Lagu Rindu’
yang didapatnya dari soundcloud.
Disaat Obiet sedang asik
mendengarkan music, ia mendapati seseorang sedang duduk menyila di atap
genteng. Posisi Obiet saat ini sedang berada di lantai 4, berarti seseorang itu
sedang duduk manis pada atap genteng salahsatu ruangan yang terletak di lantai
3 . Nampaknya Obiet mengenal seseorang itu. Obiet melangkahkan kakinya sedikit
lebih mendekat.
“Posisi loe udah kaya kucing lagi
puber” sindir Obiet, seseorang itu menolehkan pandangannya pada Obiet. Raut
wajahnya sangat berbeda dari biasanya, matanya pun terlihat sayu. Ia beranjak
dari duduknya dan segera menghampiri Obiet. Keduanya bertatapan.
“Tolong gue”
“Biet”
“Biet???? Kenapa loe tahu nama
gue??”
“Tuh” ia menunjuk name tag
yang tertera pada seragam putih Obiet
“Oh. Minta tolong apa?”
“Tolong buka blog-nya
Eldwin!!!!”
“Buka profile-nya doang?”
“Gampang” Obiet menyanggupi
“Bukan….Tapi buka dasbor-nya”
“Dasbor?? Gue gak ngerti,
Mario”
“Ya udah, tolong cari tahu password
akun blog-nya Eldwin aja!!!!”
“Buat apa sih? Loe siapanya Eldwin?”
“Suatu saat loe akan tahu”
“Tapi itu privasi, io”
“Please!!!!!” Mario
membungkukkan badannya kemudian memeluk lutut Obiet. Sepertinya ia tidak
main-main dengan permohonannya.
Obiet membisu, ia tidak tahu mesti
mengatakan apa untuk menjawab permintaan Rio.
“Terus imbalannya apa kalau gue
berhasil dapetin password akun blog-nya Eldwin?”
“Gue ….gue…..”
“Gue akan lakukan semua apa yang loe
perintahkan” Obiet mengangguk-nganggukkan kepalanya. Bukan berarti ia
menyanggupi, tetapi ia hanya mengangguk pertanda paham dengan maksud dari
ajakan Rio. Simbiosis mutualisme, mungkin itu yang dimaksud oleh Mario.
Saling menguntungkan kedua belah pihak.
Obiet berpikir untuk beberapa saat.
Ia bukanlah tipe orang yang mudah mengambil keputusan. Ia sedang memikirkan
dampak positif dan negative-nya apabila ia membantu Mario. Hingga akhirnya ia
dapat memutuskan dan BERSAMBUNG ……..
Apakah Obiet akan menyanggupi
permintaan Mario??
Untuk apa Mario mencari tahu
password akun blog-nya Eldwin???
Terimakasih sudah membaca dan setia
menunggu postingan ini ya TL :)))) *PEDE
Tinggalkan jejak ya!!!! Jangan jadi pembaca gelap wkk
Dan tolong berbagi note ini ya :))) semakin banyak pembaca, semakin baik hehehe
Go follow @JL_Kakatikao and like fp MYSTERY STORY AUTHOR TIKKA 0.facebook.com/Mysstor
Tinggalkan jejak ya!!!! Jangan jadi pembaca gelap wkk
Dan tolong berbagi note ini ya :))) semakin banyak pembaca, semakin baik hehehe
Go follow @JL_Kakatikao and like fp MYSTERY STORY AUTHOR TIKKA 0.facebook.com/Mysstor