“Permisi pak” sapa Cakka
“Ya. Mau cari buku apa?”
“Aku mencari temanku, apa dia kemari?”
“Apa teman kamu itu siswa baru yang dari luar pulau itu? Yang berkacamata bulat tebal?”
“Ya betul. Apa bapak melihatnya?”
“Tadi
dia memang kemari, dia mengacak-ngacak buku yang terdapat dipojok
sebelah sana kemuadian ia merapikannya kembali. Entah apa buku yang
dicarinya”
“Lalu sekarang ia kemana?”
“Terakhir sih dia menanyakan letak buku-buku perpustakaan yang sudah tidak terpakai”
“Lalu bapak simpan buku-buku tersebut dimana?”
“Di gudang”
“Di gudang? Gudang yang ada di lantai paling atas? Bukannya di gudang hanya ada kursi dan benda-benda yang rusak saja?”
“Bukan
gudang yang disitu. Di sekolah ini ada dua gudang. Dan gudang yang
satulagi ada di bawah tanah. Disitulah saya menyimpan buku-buku usang”
“Saya baru mendengar tentang gudang bawah tanah. Lalu pintu masuknya ada dimana?”
“Kamu
pergi ke ruang kesenian yang ada di belakang sekolah, nanati disana ada
sumur yang ditutup dan itulah pintu masuk menuju gudang bawah tanah”
“Terimakasih pak. Kalau gitu saya pergi dulu”
“Ya. Hati-hati”
Cakka meninggalkan Perpustakaan dan berlari menuju ke tempat yang akan menuntunnya ke gudang bawah tanah.
‘Nekad banget sih biet’ batin Cakka
Ditengah perjalanannya menuju ruang kesenian, ia mendengar suara bel masuk. Namun ia tak menghiraukan. Baginya keselamatan temannya lebih penting disbanding pelajaran. Akhirnya ia sampai di depan ruang kesenian. Matanya mulai lincah mencari keberadaan sumur yang dicarinya.
“Itu dia”
Sumur itu tidak tertutup. Ia mengintip kedalam, ternyata didalam sumur itu sudah ada tangga yang terbuat dari kayu. Sepertinya tangga kayu itu sempat dipergunakan Obiet. Cakka segera menuruni sumur itu. Benar, didalam sumur itu seperti ada sebuah ruangan besar. Pintu masuk terbuka lebar tanpa ditutup. Cakka memasuki ruangan itu. Ruangan itu cukup gelap dan banyak sekali lemari-lemari yang sudah kotor dan tak layak pakai.
“Obiet ……biet….. Obiet loe dimana?” teriak Cakka
Cakka semakin cemas. Tak ada jawaban dari Obiet.
“Apa mungkin loe gak disini biet?” gumam Cakka
DUK . Sepertinya sebuah benda berukuran besar dan berat telah jatuh di tempat itu.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”
Sebuah suara mengagetkan Cakka. Seperti suara benda yang terjatuh dan jeritan anak laki-laki. Cakka mengikuti arah suara itu yang berasal dari arah barat.
“Obiet!!!!” Cakka begitu kaget melihat temannya yang pingsan karena tertindih lemari yang ukurannya cukup besar
“Aduh gimana cara angkat lemarinya? Gue gak bisa” Cakka ketakutan
“Ya. Gua telefon aja Pak Joe”
Cakka meraih hand phone dari dalam saku celananya
“Sial gak ada sinyal” gerutu Cakka
Sebuah kekuatan masuk kedalam tubuh Obiet. Obiet tiba-tiba tersadar dan mampu mengeluarkan dirinya dari tindihan lemari itu. Setelah berhasil mengeluarkan diri dari tindihan lemari, Obiet kembali pingsan dihadapan Cakka. Sedangkan dari belakang Cakka terdengar suara seorang perempuan memanggil
“Cakka” panggilan itu berasal dari belakang Cakka
Ketika Cakka menoleh, anak perempuan yang memanggilnya itu tersenyum dan pergi.
“Biet bangun biet bangun!!!!!” Cakka memukul pelan kedua pipi Obiet
Akhirnya Obiet sadar walaupun kondisinya masih lemah
“Cakkaaaaaaaaa. Kamu kenapa disini?” Tanya Obiet bernada lemas
“Loe yang ngapain disini? Gue kesini nyari loe biet”
“Gue nyari ini” Obiet memperlihatkan sebuah buku
“Loe rela mempertaruhkan nyawa loe demi buku itu?”
“Ya. Akhirnya aku mendapatkan part6 nya Cak” Obiet tersenyum dalam keadaan lemas diatas pangkuan Cakka
“Yaudah sekarang kita balik lagi ke kelas ya? Loe udah ketinggalan banyak pelajaran hari ini” ajak Cakka
“Kamu balik kekelas sendiri ya!! Aku mau cari part 4 dan part 7 nya dulu”
“Tapi kondisi loe lemas biet. Please jangan siksa diri loe Cuma gara-gara sebuah buku”
“Cakka kamu tolong ngertiin aku dong!!!”
“Oke.
Gue punya part 4 nya, gue akan kasih buat loe. Tapi loe ikut gua balik
ke kelas. Dan nanti kita cari yang part 7 nya bersama. Gue janji!!!”
“Beneran Cak?”
“Ya. Ayo sekarng kita bali ke kelas”
“Yo”
Cakka menggandeng Obiet untuk kembali ke kelas. Hati Cakka cukup lega karena dapat menemukan temannya yang sudah beberapa jam menghilang dari kelas.
***
Ayah P.0.V
Kenapa ya, hati ini merasa tak karuan. Semoga saja tidak terjadi suatu hal buruk pada buah hatiku. Tapi aku harus memastikan bahwa buah hatiku dalam keadaan sehat. Lebih baik aku telefon saja dia.
“Selamat siang pangeran”
“Siang ayah” suara dari seberang telefon
“Kamu baik-baik saja?”
“Emh…e…hmm ya Obiet baik-baik saja ayah. Ayah pulang jam berapa?”
“Sekarang ayah pulang cepat nak. Ayah pulang sekitar jam 5 sore”
“Oke ayah. Ayah, bagaimana sengan buku pesanan Obiet?”
“Buku
yang kamu cari tidak ada di toko buku manapun. Ayah sudah memerintah
semua anak buah ayah dari setiap kota, tapi tak ada satupun dari mereka
yang menemukan buku pesanan kamu. Maafkan ayah ya nak!!!”
“Ya deh gak apa-apa. Kalau begitu sampai bertemu dirumah”
Tuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut
***
Obiet P.O.V
Akhirnya aku sudah mendapatkan part 4 dan part 6 dengan cara cumu-Cuma lagi. Ya walaupun aku harus tertindih lemari dulu untuk mendapatkan part 4. Sepertinya hari ini aku hanya akan membaca 3 part itu dikarenakan aku belum mendapatkan part 7 nya. Oke, suasana rumah sangat sepi dan membosankan. Reading time.
Aku membaca 3 buku itu dalam waktu 15 menit. Ketiga buku itu terdiri dari 77 halaman.
Part 4 menceritakan bahwa tokoh anak perempuan ini memperlihatkan piala juara 2 lomba puisi kepada ibunya dihadapan teman-temannya yang sama-sama bergelut didunia hiburan dan ibu teman-temannya tersebut. Expressi yang tidak diharapkan, ibunya tidak bangga sama sekali. Sang ibu membentak dirinya karena mengikuti perlombaan tersebut. teman-temannya yang sama-sama bergelut didunia hiburan dan ibu mereka menghina karena hanya piala juara 2 yang didapatnya. Anak perempuan dalam cerpen ini berusaha sabar menahan semua hinaan dan caci maki dari orang-orang disekitarnya.
“Aku sudah cukup sabar menerima hinaan dan cacian dari Oik” gumamku
Di part 5 ini aku mendapatkan sebuah motivasi. Semua hinaan dan cacian yang telah diterima oleh anak perempuan itu tidak membuatnya sedih dan putus asa. Hinaan dan Cacian bukanlah sosok yang menakutkan baginya, melainkan sebuah kekuatan yang akan membuatnya lebih kuat dari sebelumnya. Ia mulai berani melawan semua hinaan yang datang kepadanya. Dan ia mulai berontak kepada ibunya agar tidak memaksanya bergelut disunia hiburan.
'Ternyata penampilan dan kelakuan sama-sama CULUN' Suara itu masih terngiang jeloas ditelingaku.
“Kamu akan memakan hinaan dan cacian kamu terhadapku, Oik Cahya Ramadlani ” gumamku bernada sinis
Setelah membaca part 5 aku mendapatkan sebuah dorongan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.Dan akan mengimplementasikan nilai-nilai moral yang tedapat dalam part 5 kedalam kehidupannya sehari-hari.
Kemudian dalam part 6 ini tokoh anak perempuan itu akan mengembangkan bakatnya dengan caranya sendiri tanpa mengikuti perlombaan. Tangannya mulai lincah menari di atas keyboard untuk menulis catatan perjalanan hidupnya sebelum menjadi penulis terkenal. Ia mampu mengembangkan bakatnya dan menjadi apa yang dia inginkan tanpa mendapat kekangan dari siapapun meski itu ibunya sendiri.
“Jadi cerpen ini adalah kisah nyata penulis. Tapi kenapa dia tidak menuliskan namanya sebagai penulis dalam buku ini”
“Sepertinya
ini adalah sebuah misteri yang harus aku pecahkan. Tapi aku harus
mendapatkan part 7 nya agar aku bisa mengenal si penulis lebih jauh”
Aku mulai memutar otak untuk mencari cara agar aku bisa mendapatkan part 7 nya. Aku mencoba mencari tentang buku ini didalam om google. Tapi hasilnya nihil. Tak ada data samasekali mengenai buku ini beserta penulisnya. Apa mungkin buku ini baru sample saja dan belum diperbanyak? Dan aku baru sadar bahwa aku mengidolakan penulis buku ini. Aku berharap dapat bertemu dengannya dan dapat berdiskusi bersama dengannya.
“Aku
berjanji akan melanjutkan Cerpen buatan kamu kalau aku sudah
mendapatkan part 7nya” sumpah itu tiba-tiba keluar dari mulutku
***
Sore hari di Sekolah
Cakka sangat lelah karena baru selesai latihan basket. Minggu depan sekolahnya akan bertanding melawan SMP tetangga. Matahari sudah hampir terbenam dan anggota team basket lainnya sudah pulang. Kecuali Cakka, ia masih menunggu jemputan Kak Elang di depan gerbang. Cakka merasa ada seseorang yang menemani disamping kanannya. Ternyata memang benar.
“Ify, kamu ngapain masih disini?”
“………” Ify hanya menjawab dengan senyuman
“Katakan apa yang ingin kamu sampaikan Fy!!!!”
“…” Ify menundukkan kepalanya dan memberikan sebuah cincin yang bertuliskan Rini
“Untukku?”
“…” Ify menggeleng
“Lantas?”
“..” Ify menatap sendu kepada Cakka
“Obiet?”
“…” Ify tersenyum dan mengangguk
***
Malam hari di Rumah Obiet
Obiet sangat bahagia bisa menikmati malam minggu yang penuh kasih sayang bersama ayah tercintanya. Obiet memijiti badan ayah yang telah menjadi penopang hidupnya. Ayah merasa bangga memiliki anak baik seperti Obiet. Dan yang lebih membanggakan adalah Obiet selalu menjadi yang terbaik untuk ayahnya.
“Ayah, Obiet boleh bicara sesuatu tidak?”
“Tentu boleh. Ada apa?”
“Kalo tawaran ayah yang waktu itu masih berlaku gak yah?”
“Tawaran apa? Ayah lupa”
“Ituuu..yang ayah ngajakin aku buat operasi mata”
“Oh itu. Tentu masih. Kenapa?”
“Obiet mau kok yah operasi mata”
“Kok tiba-tiba berubah fikiran gitu?”
“Obiet merasa ribet aja pake kacamata”
“Ia besok ya kita ke Rumah Sakit. Kebetulan besok kan hari minggu. Sekalian jalan-jalan”
“Oke yah. Makasih”
***
Mutiara Indah Hospital
Wanita berambut panjang yang memiliki tubuh tinggi dan kecil masih dalam keadaan koma. Sudah hampir 3 minggu ia tak sadarkan diri. Infusan menghiasi bagian tubuhnya. Sedangkan wanita yang telah melahirkannya menangis terisak dihadapannya.
“Maafkan ibu. Ibu
terlalu memaksa dan mengekang kamu. Sehingga semua ini terjadi padamu
nak” ucap wanita yang menganggap dirinya seorang ibu
“Ibu sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Semuanya telah pergi meninggalkan ibu” lanjut wanita paruh baya itu
Kalimat penyesalanlah yang terus mengalir dari mulutnya. Padahal, kata penyesalan tak kan menyelesaikan masalah. Walaupun beribu kata penyesalan yang terlontar dari mulut manisnya, belum tentu anaknya akan kembali sadar. Do’a dan keajaibanlah yang mampu membuat anaknya kembali sadar dan hidup normal seperti sebelumnya. Ia baru menyadari bahwa penyesalan akan datang di akhir kalimat.
“Kamu telah dewasa dan ibu tak kan ikut campur urusanmu nak” ucapnya terisak
***
Ditempat yang berbeda, Obiet sedang melakukan operasi pada kedua matanya. Ayah menunggunya di kursi yang berada diluar ruangan tempat pelaksanaan operasi. 30 menit kemudian Obiet keluar dari ruangan tersebut dengan paras wajah yang berbeda dari sebelumnya. Matanya yang indah lebih terlihat mempesona dibanding menggunakkan kacamata. Mata Obiet Nampak lebih ringan dari biasanya. Ayah sampai terkagum melihat paras tampan pangerannya.
“Terimakasih ayah” Obiet tersenyum
“Sama-sama pangeran”
“Setelah ini kita pergi kemana yah?”
“Kemanapun kamu suka akan ayah antar”
“Kalo ke lapisan langit ke tujuh naik paus akrobatis gimana yah?”
“Kamu ini. Bercanda aja deh”
“Heheee kan jarang-jarang Obiet bisa bercanda”
“Ia deh ia. Sekarang kita ambil mobil diparkiran. Lalu jalan-jalan”
“Lest goooo”
Apa maksud ify memberikan tulisan bertiliskan "RINI" kepada Obiet?
Apakah Obiet serius dengan sumpahnya untuk melanjutkan cerpen itu?
Apakah Obiet akan menjadi pribadi yang baru setelah mengganti style baru nya?