Kamis, 01 Agustus 2013

Cerita 8 part (3)

Cakka terus berlari mencari temannya. Ia berlari menuju perpustakaan yang terletak di lantai 2. Tetapi perpustakaan terlihat begitu sepi dan tak ada sedikitpun murid yang berkunjung, disana hanya ada seorang bapak penjaga perpustakaan yang sedang merapikan buku-buku.

“Permisi pak” sapa Cakka
“Ya. Mau cari buku apa?”
“Aku mencari temanku, apa dia kemari?”
“Apa teman kamu itu siswa baru yang dari luar pulau itu? Yang berkacamata bulat tebal?”
“Ya betul. Apa bapak melihatnya?”
“Tadi dia memang kemari, dia mengacak-ngacak buku yang terdapat dipojok sebelah sana kemuadian ia merapikannya kembali. Entah apa buku yang dicarinya”
“Lalu sekarang ia kemana?”
“Terakhir sih dia menanyakan letak buku-buku perpustakaan yang sudah tidak terpakai”
“Lalu bapak simpan buku-buku tersebut dimana?”
“Di gudang”
“Di gudang? Gudang yang ada di lantai paling atas? Bukannya di gudang hanya ada kursi dan benda-benda yang rusak saja?”
“Bukan gudang yang disitu. Di sekolah ini ada dua gudang. Dan gudang yang satulagi ada di bawah tanah. Disitulah saya menyimpan buku-buku usang”
“Saya baru mendengar tentang gudang bawah tanah. Lalu pintu masuknya ada dimana?”
“Kamu pergi ke ruang kesenian yang ada di belakang sekolah, nanati disana ada sumur yang ditutup dan itulah pintu masuk menuju gudang bawah tanah”
“Terimakasih pak. Kalau gitu saya pergi dulu”
“Ya. Hati-hati”

Cakka meninggalkan Perpustakaan dan berlari menuju ke tempat yang akan menuntunnya ke gudang bawah tanah.

‘Nekad banget sih biet’ batin Cakka

Ditengah perjalanannya menuju ruang kesenian, ia mendengar suara bel masuk. Namun ia tak menghiraukan. Baginya keselamatan temannya lebih penting disbanding pelajaran. Akhirnya ia sampai di depan ruang kesenian. Matanya mulai lincah mencari keberadaan sumur yang dicarinya.

“Itu dia”

Sumur itu tidak tertutup. Ia mengintip kedalam, ternyata didalam sumur itu sudah ada tangga yang terbuat dari kayu. Sepertinya tangga kayu itu sempat dipergunakan Obiet. Cakka segera menuruni sumur itu. Benar, didalam sumur itu seperti ada sebuah ruangan besar. Pintu masuk terbuka lebar  tanpa ditutup. Cakka memasuki ruangan itu. Ruangan itu cukup gelap dan banyak sekali lemari-lemari yang sudah kotor dan tak layak pakai.

“Obiet ……biet….. Obiet loe dimana?” teriak Cakka

Cakka semakin cemas. Tak ada jawaban dari Obiet.



“Apa mungkin loe gak disini biet?” gumam Cakka

DUK . Sepertinya sebuah benda berukuran besar dan berat telah jatuh di tempat itu.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”

Sebuah suara mengagetkan Cakka. Seperti suara benda yang terjatuh dan jeritan anak laki-laki. Cakka mengikuti arah suara itu yang berasal dari arah barat.

“Obiet!!!!” Cakka begitu kaget melihat temannya yang pingsan karena tertindih lemari yang ukurannya cukup besar

“Aduh gimana cara angkat lemarinya? Gue gak bisa” Cakka ketakutan
“Ya. Gua telefon aja Pak Joe”

Cakka meraih hand phone dari dalam saku celananya


“Sial gak ada sinyal” gerutu Cakka

Sebuah kekuatan masuk kedalam tubuh Obiet. Obiet tiba-tiba tersadar dan mampu mengeluarkan dirinya dari tindihan lemari itu. Setelah berhasil mengeluarkan diri dari tindihan lemari, Obiet kembali pingsan dihadapan Cakka. Sedangkan dari belakang Cakka terdengar suara seorang perempuan memanggil
“Cakka” panggilan itu berasal dari belakang Cakka

 Ketika Cakka menoleh, anak perempuan yang memanggilnya itu tersenyum dan pergi.

“Biet bangun biet bangun!!!!!” Cakka memukul pelan kedua pipi Obiet

Akhirnya Obiet sadar walaupun kondisinya masih lemah

“Cakkaaaaaaaaa. Kamu kenapa disini?” Tanya Obiet bernada lemas
“Loe yang ngapain disini? Gue kesini nyari loe biet”
“Gue nyari ini” Obiet memperlihatkan sebuah buku

“Loe rela mempertaruhkan nyawa loe demi buku itu?”
“Ya. Akhirnya aku mendapatkan part6 nya Cak” Obiet tersenyum dalam keadaan lemas diatas pangkuan Cakka
“Yaudah sekarang kita balik lagi ke kelas ya? Loe udah ketinggalan banyak pelajaran hari ini” ajak Cakka
“Kamu balik kekelas sendiri ya!! Aku mau cari part 4 dan part 7 nya dulu”
“Tapi kondisi loe lemas biet. Please jangan siksa diri loe Cuma gara-gara sebuah buku”
“Cakka kamu tolong ngertiin aku dong!!!”
“Oke. Gue punya part 4 nya, gue akan kasih buat loe. Tapi loe ikut gua balik ke kelas. Dan nanti kita cari yang part 7 nya bersama. Gue janji!!!”
“Beneran Cak?”
“Ya. Ayo sekarng kita bali ke kelas”
“Yo”

Cakka menggandeng Obiet untuk kembali ke kelas. Hati Cakka cukup lega karena dapat menemukan temannya yang sudah beberapa jam menghilang dari kelas.

***


Ayah P.0.V
Kenapa ya, hati ini merasa tak karuan. Semoga saja tidak terjadi suatu hal buruk pada buah hatiku. Tapi aku harus memastikan bahwa buah hatiku dalam keadaan sehat. Lebih baik aku telefon saja dia.

“Selamat siang pangeran”
“Siang ayah” suara dari seberang telefon
“Kamu baik-baik saja?”
“Emh…e…hmm ya Obiet baik-baik saja ayah. Ayah pulang jam berapa?”
“Sekarang ayah pulang cepat nak. Ayah pulang sekitar jam 5 sore”
“Oke ayah. Ayah, bagaimana sengan buku pesanan Obiet?”
“Buku yang kamu cari tidak ada di toko buku manapun. Ayah sudah memerintah semua anak buah ayah dari setiap kota, tapi tak ada satupun dari mereka yang menemukan buku pesanan kamu. Maafkan ayah ya nak!!!”
“Ya deh gak apa-apa. Kalau begitu sampai bertemu dirumah”

Tuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuut

***

 Obiet P.O.V
Akhirnya aku sudah mendapatkan part 4 dan part 6 dengan cara cumu-Cuma lagi. Ya walaupun aku harus tertindih lemari dulu untuk mendapatkan part 4. Sepertinya hari ini aku hanya akan membaca 3 part itu dikarenakan aku belum mendapatkan part 7 nya. Oke, suasana rumah sangat sepi dan membosankan. Reading time.
Aku membaca 3 buku itu dalam waktu 15 menit. Ketiga buku itu terdiri dari 77 halaman.
Part 4 menceritakan bahwa tokoh anak perempuan ini memperlihatkan piala juara 2 lomba puisi kepada ibunya dihadapan teman-temannya  yang sama-sama bergelut didunia hiburan dan ibu teman-temannya tersebut. Expressi yang tidak diharapkan, ibunya tidak bangga sama sekali. Sang ibu membentak dirinya karena mengikuti perlombaan tersebut. teman-temannya  yang sama-sama bergelut didunia hiburan dan ibu mereka menghina karena hanya piala juara 2 yang didapatnya. Anak perempuan dalam cerpen ini berusaha sabar menahan semua hinaan dan caci maki dari orang-orang disekitarnya.

“Aku sudah cukup sabar menerima hinaan dan cacian dari Oik” gumamku




Di part 5 ini aku mendapatkan sebuah motivasi. Semua hinaan dan cacian yang telah diterima oleh anak perempuan itu tidak membuatnya sedih dan putus asa. Hinaan dan Cacian bukanlah sosok yang menakutkan baginya, melainkan sebuah kekuatan yang akan membuatnya lebih kuat dari sebelumnya. Ia mulai berani melawan semua hinaan yang datang kepadanya. Dan ia mulai berontak kepada ibunya agar tidak memaksanya bergelut disunia hiburan.

'Ternyata penampilan dan kelakuan sama-sama CULUN' Suara itu masih terngiang jeloas ditelingaku. 

“Kamu akan memakan hinaan dan cacian kamu terhadapku, Oik Cahya Ramadlani ” gumamku bernada sinis

Setelah membaca part 5 aku mendapatkan sebuah dorongan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.Dan akan mengimplementasikan nilai-nilai moral yang tedapat dalam part 5 kedalam kehidupannya sehari-hari.

Kemudian dalam part 6 ini tokoh anak perempuan itu akan mengembangkan bakatnya dengan caranya sendiri tanpa mengikuti perlombaan. Tangannya mulai lincah menari di atas keyboard untuk menulis catatan perjalanan hidupnya sebelum menjadi penulis terkenal. Ia mampu mengembangkan bakatnya dan menjadi apa yang dia inginkan tanpa mendapat kekangan dari siapapun meski itu ibunya sendiri.

“Jadi cerpen ini adalah kisah nyata penulis. Tapi kenapa dia tidak menuliskan namanya sebagai penulis dalam buku ini”
“Sepertinya ini adalah sebuah misteri yang harus aku pecahkan. Tapi aku harus mendapatkan part 7 nya agar aku bisa mengenal si penulis lebih jauh”

Aku mulai memutar otak untuk mencari cara agar aku bisa mendapatkan part 7 nya. Aku mencoba mencari tentang buku ini didalam om google. Tapi hasilnya nihil. Tak ada data samasekali mengenai buku ini beserta penulisnya. Apa mungkin buku ini baru sample saja dan belum diperbanyak? Dan aku baru sadar bahwa aku mengidolakan penulis buku ini. Aku berharap dapat bertemu dengannya dan dapat berdiskusi bersama dengannya.

“Aku berjanji akan melanjutkan Cerpen buatan kamu kalau aku sudah mendapatkan part 7nya” sumpah itu tiba-tiba keluar dari mulutku

***

Sore hari di Sekolah

Cakka sangat lelah karena baru selesai latihan basket. Minggu depan sekolahnya akan bertanding melawan SMP tetangga. Matahari sudah hampir terbenam dan anggota team basket lainnya sudah pulang. Kecuali Cakka, ia masih menunggu jemputan Kak Elang di depan gerbang. Cakka merasa ada seseorang yang menemani disamping kanannya. Ternyata memang benar.

 “Ify, kamu ngapain masih disini?”
“………” Ify hanya menjawab dengan senyuman
“Katakan apa yang ingin kamu sampaikan Fy!!!!”
“…” Ify menundukkan kepalanya dan memberikan sebuah cincin yang bertuliskan Rini
“Untukku?”
“…” Ify menggeleng
“Lantas?”
“..” Ify menatap sendu kepada Cakka
“Obiet?”
“…” Ify tersenyum dan mengangguk

***

Malam hari di Rumah Obiet

Obiet sangat bahagia bisa menikmati malam minggu yang penuh kasih sayang bersama ayah tercintanya. Obiet memijiti badan ayah yang telah menjadi penopang hidupnya. Ayah merasa bangga memiliki anak baik seperti Obiet. Dan yang lebih membanggakan adalah Obiet selalu menjadi yang terbaik untuk ayahnya.

“Ayah, Obiet boleh bicara sesuatu tidak?”
“Tentu boleh. Ada apa?”
“Kalo tawaran ayah yang waktu itu masih berlaku gak yah?”
“Tawaran apa? Ayah lupa”
“Ituuu..yang ayah ngajakin aku buat operasi mata”
“Oh itu. Tentu masih. Kenapa?”
“Obiet mau kok yah operasi mata”
“Kok tiba-tiba berubah fikiran gitu?”
“Obiet merasa ribet aja pake kacamata”
“Ia besok ya kita ke Rumah Sakit. Kebetulan besok kan hari minggu. Sekalian jalan-jalan”
“Oke yah. Makasih”

***

Mutiara Indah Hospital

Wanita berambut panjang yang memiliki tubuh tinggi dan kecil masih dalam keadaan koma. Sudah hampir 3 minggu ia tak sadarkan diri. Infusan menghiasi bagian tubuhnya. Sedangkan wanita yang telah melahirkannya menangis terisak dihadapannya.

“Maafkan ibu. Ibu terlalu memaksa dan mengekang kamu. Sehingga semua ini terjadi padamu nak” ucap wanita yang menganggap dirinya seorang ibu
“Ibu sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Semuanya telah pergi meninggalkan ibu” lanjut wanita paruh baya itu

Kalimat penyesalanlah yang terus mengalir dari mulutnya. Padahal, kata penyesalan tak kan menyelesaikan masalah. Walaupun beribu kata penyesalan yang terlontar dari mulut manisnya, belum tentu anaknya akan kembali sadar. Do’a dan keajaibanlah yang mampu membuat anaknya kembali  sadar dan hidup normal seperti sebelumnya. Ia baru menyadari bahwa penyesalan akan datang di akhir kalimat.

“Kamu telah dewasa dan ibu tak kan ikut campur urusanmu nak” ucapnya terisak





***


Ditempat yang berbeda, Obiet sedang melakukan operasi pada kedua matanya. Ayah menunggunya di kursi yang berada diluar ruangan tempat pelaksanaan operasi. 30 menit kemudian Obiet keluar dari ruangan tersebut dengan paras wajah yang berbeda dari sebelumnya. Matanya yang indah lebih terlihat mempesona dibanding menggunakkan kacamata. Mata Obiet Nampak lebih ringan dari biasanya. Ayah sampai terkagum melihat paras tampan pangerannya.

“Terimakasih ayah” Obiet tersenyum
“Sama-sama pangeran”
“Setelah ini kita pergi kemana yah?”
“Kemanapun kamu suka akan ayah antar”
“Kalo ke lapisan langit ke tujuh naik paus akrobatis gimana yah?”
“Kamu ini. Bercanda aja deh”
“Heheee kan jarang-jarang Obiet bisa bercanda”
“Ia deh ia. Sekarang kita ambil mobil diparkiran. Lalu jalan-jalan”
“Lest goooo”


Apa maksud ify memberikan tulisan bertiliskan "RINI" kepada Obiet?
Apakah Obiet serius dengan sumpahnya untuk melanjutkan cerpen itu?
Apakah Obiet akan menjadi pribadi yang baru setelah mengganti style baru nya?


Cerita 8 part (2)

Sudah hampir 2 jam aku berada di Perpustakaan yang sepi ini. Di era globalisasi ini udah sangat berkurang minat para pembaca. Mereka lebih senang mancari informasi di internet dabanding buku. Tapi aku tidak, walaupun tekhnologi sudah maju dan berkembang pesat aku lebih senang membaca buku daripada internet. Buku bacaan di lemari bukuku cukup banyak. Mulai dari buku pengetahuan sampai buku yang hanya berisi karya tulis ada. Sepertinya aku akan meminjam buku ini, buku 'I Want to be My Self'  part 1, 3, dan 5. Aku mengahmipri Bapak penjaga perpustakaan untuk menuliskan buku yang aku pinjam sekaligus membuat kartu perpustakaan.

“Pak, saya ingin membuat kartu perpustakaan”
“Ya. Silahkan isi biodata kamu disini nak” jawabnya sambil memberikan selembar kertas putih kepadaku. Aku mengisi kertas tersebut seuai dengan identitas pada kartu pelajar.

“Ini pak!!!” ketika aku memberikan kertas itu, Bapak penjaga perpustakaan menatap mataku dan sepertinya ia ketakutan

“Pak aku pinjam 3 buku ini ya” lanjutku sambil memperlihatkan 3 buah buku yang akan aku pinjam. Bapak penjaga perpus terlihat semakin ketakutan setelah aku memperlihatkan buku itu.

“Bu…bu…bu…buku itu. Kamu dapat dari mana?” tanyanya gugup
“Bukunya tergeletak disamping lemari yang berisi buku sejarah pak”
“E…e….e….e…..ehmmmm ambil saja bukunya untuk kamu. Dan tolong jangan bawa lagi buku itu kemari”
“Yasudahlah pak. Kalo gitu saya pulang dulu ya, udah sore hehehehhe”
“Silahkan….” Aku keluar ruangan dan berjalan menuju gerbang. Tiba-tiba seorang memanggilku dari belakang sambil berlari.

***

“Obiet….Obieettt…Tunggu!!!”
Aku menengok ke belakang,”Eh bapak, bapak ada apa manggil saya?”
“Ini kartu perpustakaannya. Hampir saja lupa”
“Oh ya. Terimakasih pak”

Hampir saja aku lupa dengan kartu perpustakaan ini. Kalau aku lupa, aku harus mengeluarkan biaya double untuk bikin kartu perpustakaan baru. Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 16.00. Aku menunggu ayah didepan gerbang, ayah akan menjemputku. Lagian kalau pulang sendiri, aku belum hafal jalan pulang. Sudah 30 menit aku menunggu Ayah di depan gerbang sekolahku, tapi ayah tak datang juga. Aku mencoba menghubungi ayah.

“Hallo ayah”
“Ya ada apa pangeran ayah?”
“Obiet masih di sekolah nih. Ayah masih dimana?”
“Maafkan ayah nak, Ayah gak bisa jemput kamu. Kamu naik taxi aja ya!!”
“Ya. Tapi alamat rumahnya dimana?”
“Bilang saja ke supir taxinya mau ke Perumahan Tirtha no.15A blok 3”
“Oh oke ayah. Ayah pulang jam berapa sekarang?”
“Sepertinya agak malam banget nak”
“Ya deh. Obiet tunggu di rumah ya!!Selamat bekerja ayah”
“Ya. Oh ya, kalo mau makan bikin saja mie rebus atau kamu boleh masak apa aja yang ada di kulkas. Jangan lupa makan!!!”
“Ya ayah. Terimakasih. Dadah ayah”
“Dadah pangeran ayah”

Tuuuuuuuutttttt

Beberapa menit kemudian sebuah taxi mendarat dihadapanku. Aku masuk kedalam taxi itu.

“Perumahan Tirtha no.15A blok 3 pak” ujarku
“Ya” Jawab supir taxi

***

Taxi melaju cukup kencang. Akhirnya aku sampai dirumahku pada pukul  17.30. Ternyata jarak rumahku dan sekolah cukup jauh, membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk perjalanan. Aku mengganti pakaian seragam dengan piama spiderman kesayanganku. Lalu aku membuka kulkas untuk mencari makanan, kutemukan 2 butir telur. Alhasil aku membuat nasi goreng yang cukup untuk dibagi  menjadi 2 piring bersama ayah.

***

Ayah P.0.V
Kasihan pangeranku,  dia pasti kesepian, mana dia belum punya teman lagi. Semoga dia baik-baik saja. Sepanjang jalan aku hanya memikirkan hartaku satu-satunya yang sedang sendirian di rumah. Apa sebaiknya aku hubungi saja ya.

“Hallo ayah” jawaban dari seberang telepon
“Kamu baik-baik saja nak?”
“Ya Obiet baik-baik ayah. Ayah dimana?”
“Ayah sedang diperjalanan pulang. Kamu sudah makan?”
“Belum ayah. Obiet mau menunggu Ayah, Obiet ingin makan bersama dengan ayah. Ayah cepat pulang ya, Obiet bikini nasi goreng pake telor kesukaan Ayah”
“Ya nak. Kalau begitu sudah dulu ya. Sampai bertemu dirumah”
“Yaa”

“a…a..Aawassssss” aku menabrak seorang perempuan berseragam putih abu



Aku menghentikan mobilku dan keluar mobil untuk memastikan keadaan anak itu. Untung saja ia hanya terjatuh biasa.

“Kamu tidak apa-apa?” tanyaku. Anak perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya
“Om antar pulang ya?” tanyaku kembali, dan anak perempuan itu mengangguk.

Kami memasuki mobil. Anak perempuan ini sangat cantik, kulitnya putih dan perawakannya tinggi. Sepanjang jalan ia hanya diam saja. Dan saat aku lihat lokasi yang tertempel padai bagian tangan seragamnya ternyata ia satu sekolah dengan pangeranku. Tiba-tiba mobilku mogok mendadak.

“Tunggu sebentar ya. Om mau melihat mesinnya dulu!!!”
Anak perempuan itu mengangguk

Aku turun dari mobil dan mencoba mengecek kondisi mesin mobilku. Ternyata tidak ada yang rusak. Aku kembali masuk kedalam mobil. Namun anak perempuan itu tiba-tiba menghilang. Padahal tempat ini sangat sepi dan tak ada kendaraan yang melintas. Aku sedikit ketakutan. Aku segera mengendarai mobilku kembali dengan cepat.

 Benar-benar misterius, baru saja hari pertama beraktivitas dikota ini sudah mengalami hal aneh.

***

Sesampainya dirumah…

Ting tong

Suara bel rumah berbunyi. Obiet sangat senang. Ia berlarian menuju pintu rumah. Ternyata memang benar, ayahnyalah yang telah membunyikan bel. Obiet segera mencium tangan Ayah dan membawakan tas milik ayah kedalam rumah.

“Ayah makan yuk!!!!”
“Ayo”
“Ganti baju dulu dong yah!!!”
“Oh ya, saking kangennya sama kamu ayah jadi lupa ganti baju hehe”
“Ayah bisa aja deh”


Ayah meninggalkan Obiet sebentar untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai mengganti pakaian ayah kembali ke meja makan untuk makan malam bersama pangerannya.

“Gimana yah? Pasti kebanyakan garam ya? Atau kurang garam?”
“Enggak kok. Udah pas. Enak” ayah mengacungkan jempol kanannya
Like this yo” lanjut ayah
“Ayah bisa saja”

Setelah selesai makan, ayah menonton televisi dan Obiet menemani ayahnya sambil mengerjakan PR Kimia yang diberikan oleh Bu Uci.. Pukul 22.00 Obiet dan ayah berpisah menuju ke kamar masing-masing. Obiet susah tidur, ia terus memikirkan dimana ia harus mendapatkan beberapa part dari buku 'I Want to be My Self'.  Terdengar suara orang berjalan dari balik pintu kamar Obiet, dan langkah itu semakin mendekat. Obiet pura-pura memejamkan mata sambil memeluk guling kesayangannya. Ternyata itu adalah ayah. Ayah menatap mata pangerannya yang sedang terpejam. Tangan kanannya mengusap kening buah hatinya dan menciumnya penuh kasih sayang.
‘Kamu tumbuh menjadi anak yang baik, walau tanpa sentuhan kasih dan belaian ibumu’ batin ayah

***
Kau dukung aku lagi lagi..lagi lagi
Tak bosan menungguku lagi..lagi lagi

Obiet segera melihat handphonenya yang berbunyi. Bunyi itu adalah bunyi alarm yang biasa berbunyi pada pukul  04.00.Obiet bangkit dari tempat tidurnnya dan segera mandi. Lalu mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Obiet akan membangunkan ayahnya, tetapi ayah sudah tidak ada di kamar.

“Ayah … ayah… ayaaaaahhh” panggil Obiet
“Ayah di dapur nak”

Obiet segera menyusul ayah kedapur, ternyata ayah sedang masak. Obiet duduk di kursi yang ada didapur.

“Ayah masak apa? Mau Obiet bantu?”
“Ayah masak nasi goreng special telur mata sapi untukmu”
“Sepertinya enak tuh”
“Ya pastinya”

Setelah ayah selesai masak, Obiet dan ayah sarapan pagi dulu sebelum melakukan aktivitas dihari ini. Kemudian pukul 06.00 Ayah mengantar Obiet ke sekolah sambil pergi ke kantor.

***
Perjalanan menuju sekolah,

“Ayah  ini buku siapa?” Tanya Obiet yang melihat buku itu tergeletak di atas jok mobil ayah
“Itu buku…kayaknya buku anak perempuan yang semalem ayah serempet deh”
‘Inikan buku yang aku cari, part 2 nya’ batin Obiet
“Bukunya pegang saja dulu sama kamu, Biet. Sepertinya pemilik buku itu satu sekolah dengan kamu”
“Ya. Nanti Obiet akan cari pemilik dari buku ini yah”
“Ya”
“Ayah Obiet boleh minta tolong gak?”
“Apa?”
“Tolong carikan buku yang seperti ini ya yah”
“Siap bos”

 ***

Cakka P.O.V

Lagi lagi datang kepagian. Tapi kalo gak kepagian gak akan dapet tebengan gratis dari kak Elang. Tapi gak apa-apa deh, yang datang pagikan anak rajin. Lagian gue kan Ketua Kelas, jadi harus jadi suri teladan buat temen-temen. Gue berjalan menuju kelas dengan rasa gembira. Sesampainya di kelas, gue kaget banget. Ada anak perempuan yang lagi duduk tegak sambil menundukkan kepalanya  dibangku tempat Obiet pertama kali masuk. Dan ironisnya gua kenal dengan anak perempuan itu. Gua berdiri disampingnya sambil menumpangkan kedua tangan diatas meja.

“Ify, loe gak pantes ada disini!! Loe mendingan keluar dari sini” gue ngusir dia dengan cara halus. Ify natap gue dengan mata sendu dan air mata yang berlinang.
“Tolong Fy please gue mohon sama loe” lanjut gue

Ify mengangguk dan memberikan sebuah buku kepada gue. Buku itu berjudul  'I Want to be My Self PART 4”' Ify keluar sambil berlari dan meninggalkan gue. Gue hanya bisa menghela nafas sambil megang dada. Gue memasukan buku yang diberikan Ify kedalam ransel. Gue simpen ransel di atas meja dan karena gak ada temen ngobrol gue memutuskan untuk merapikan bangku yang ada di kelas.

***

OBIET P.O.V

Hari ini aku sangat bahagia, karena telah mendapatkan part 2 dari buku 'I Want to be My Self'. Sepanjang perjalanan menuju sekolah aku sangat asik membaca buku itu. Ternyata tokoh anak perempuan yang ada di cerita ini berusaha mengembangkan hobi dan bakatnya. Ia adalah salahsatu siswi yang aktif disekolahnya. Dia adalah ketua team madding di sekolah, setiap bulan ia selalu memposting karya tulisnya berupa artikel. Dan para pembaca sangat senang dengan karya tulisnya. Guru mata pelajaran Bahasa.ndonesia mengajukannya untuk mengikuti lomba membuat esai tingkat Sekolah Menengah Pertama se-kota Bogor. Ia berharap mejadi pemenang dalam lomba itu, karena ia berfikir jika ia menjadi juara, ia akan membuat ibunya bangga dan mengizinkannya untuk meninggalkan dunia hiburan. Tetapi TUHAN YME berkehendak lain, ia sama sekali tidak menjadi juara pada perlombaan tersebut. Dan ia gagal untuk membuktikan bakatnya kepada sang Ibu.

Perjalananku ke sekolah masih tersisa beberapa menit lagi. Untung saja aku sudah memiliki part 3-nya jadi aku tidak perlu repot mencari-carI. Part 3 ini sangat memberikan motivasi kepada pembaca. Walaupun ia tidak jadi juara dan gagal membuktikan bakatnya kepada sang ibu ia tidak putus asa dan tidak merasa sedih. Ia sempat menyerah dan putus asa, tetapi ia berhasil bangkit lagi dan menghapus air mata. Dengan sekejap air matanya berubah menjadi tawa.

Aktivitas sebagai model dan bintang iklan tetap ia jalani walaupun hati kecil sangat menentang. Ia hanya ingin membuat ibunya bangga. Berbagai perlombaan karya tulis ia ikuti. Akhirnya di perlombaannya yang ke-50 kali ia berhasil menjadi juara 2 mengarang puisi se-pulau jawa. Walaupun hanya juara 2 ia tetap bangga, tapi apakah mungkin ia akan memberikan piala yang bertuliskan Juara 2 mengarang puisi se-pulau jawa kepada ibunya. Dan apakah dengan pencapaian prestasi itu ibunya akan mengizinkannya untuk meninggalkan dunia hiburan?

‘Ah sial. Bukunya habis. Padahal lagi seru. Kenapa mesti dipotong-potong dalam buku yang berbeda sih?’ batinku
“Biet udah sampe loh. Ayo turun!!! Ntar telat loh” ayah membuyarkan lamunanku
“Emh ya yah!!!!”

Sebelum turun aku mencium tangan ayah dulu.

“Jangan nakal ya!!!!” pesan ayah
“Oke”

 ***
Kelas 9B

Kelas 9B adalah kelas yang terkenal karena kedisiplinan para penghuninya. Kelas ini adalah satu-satunya kelas yang tidak pernah ribut walau tak ada guru. Dan kelas ini adalah sarangnya murid berprestasi. Ada Cakka sebagai ketua team basket, Oik ketua team Paduan Suara, dan masih banyak murid berprestasi lainnya. Sudah banyak warga kelas 9B didalam kelas, kebiasaan mereka ketika sedang belum ada guru bukanlah beribut ria melainkan membaca buku atau diskusi masalah pelajaran. Obiet yang baru saja sampai didepan pintu kelas menyangka sudah ada guru, karena kelas terdengar sepi dan pintu ditutup. Padahal masih jam 06.30.

“Aku yang kesiangan atau guru yang kepagian ya?” gumam Obiet dari balik pintu kelas

Obiet membuka pintu kelas dengan hati-hati. Dan ternyata belum ada guru. Obiet kagum melihat sifat teman-temannya yang sangat disiplin dan menghargai waktu. Obiet berjalan menuju bangkunya dan menyimpan tas.

“Belum ada guru ya Cak?”
“Belum”


“Cak, kamu tahu gak buku ini punya siapa?” Obiet memperlihatkan buku 'I Want to be My Self part2'. Cakka kaget melihat buku yang diperlihatkan Obiet.
“Kenapa?”
“Dari mana loe dapet buku itu?”
“Semalam ada anak perempuan yang ninggalin buku ini dimobil ayah. Kata ayahku sih anak perempuan itu sekolah disini juga, sepertinya sih seumuran kita” jelas Obiet
“Aku gak tau” jawab Cakka singkat
“Oh ya sudah, biar aku saja yang nyimpen buku ini. Lagian aku suka buku ini Cak. Aku sudah punya beberapa part. Dapetnya juga gratis hehe”
“Hah? Kamu megamg part berapa aja?”
“Sebentar ya!!!” Obiet megambil buku koleksinya dari dalam tas
“Nih!!!” lanjut Obiet sambil memperlihatkan buku 'I Want to be My Self ' part1, 2, 3, 5, 8
“Banyak banget!!! Dapet dari mana?”
“Kalo yang part 1, 3, 5 aku dapat dari perpus tadinya mau aku pinjam, tapi bapak penjaga perpus malah memberikannya padaku. Kalo yang part 2 bukan punyaku tapi punya anak perempuan yang semalem ditebengin mobil ayah, nah kalo part 8 aku nemu dari laci meja”

“Laci meja mana?”
“Itu laci meja yang katanya Oik pernah ada yang meinggal” ujarnya polos
“Terus loe mau nyari part sisanya, gitu?”
“Tentunya”
“Kalau gak dapet gimana?”
“Pokoknya aku gak akan nyerah. Seperti apa yang dilakukan tokoh dalam cerpen ini, walaupun gagal dalam lomba karya tulis ia tetap berusaha. Begitu juga dengan aku. Meski tak menemukan sisa dari part ini aku akan terus mencari. Dimana ada keinginan pasti ada jalan. Aku yakin”
“Loe kayak udah kepelet sama buku itu”
“Mungkin”

Disela-sela percakapan mereka, tiba-tiba seorang membuka pintu dan masuk kelas.

“Selamat pagi. Bapak dapat kabar bahwa Bu Ira sedang di perjalanan menuju kemari. Mungkin ia agak telat. Bu Ira memberi kalian tugas untuk mengerjakan Matematika hal 46” Jelas guru piket


Expressi murid kelas 9b tidak seperti expressi murid biasanya yang akan bersorak ketika mendapat kabar seperti itu. Setelah guru piket meninggalkan kelas, semua murid mengambil buku dan mengerjakan tugas yang diberikan.

“Cakka, aku izin keluar kelas dulu ya!!!!”
“Kemana Biet?”
“Ehm …e… ya pokoknya aku izin aja keluar kelas kalau ada guru, sms aku ya”

Obiet keluar dari kelas dan berlari menuju suatu tempat. Tak lama setelah Obiet meninggalkan kelas, bu Ira datang dan pelajaran dimulai. Sudah beberapa kali Cakka menelepon Obiet, tetapi Obiet tidak mengangkat telepon dari Cakka. Cakka semakin cemas.

“Cakka, kemana teman sebelah kamu?” Tanya bu Ira
“Obiet sedang izin ke toilet bu” jawab Cakka berbohong
“Oh ya sudah. Tugas dari ibu udah selesai?”
“Sudah bu” jawab muriad 9B serempak”
“Cakka bantu ibu untung mengumpulkan tugas teman-temanmu!!!!”

“Baik bu!!!”

Cakka bangkit dari tempat duduk dan mengambil buku catatan teman-temannya. Perasaannya semakin tidak karuan, Obiet obiet obiet da Obiet yang ada dipikirannya saat ini. Bel pelajaran kedua telah berbunyi. Pelajaran Bu Ira telah selesai dan digantikan oleh pelajaran yang dibimbing oleh Bu Winda. Padahal tinggal 30 menit lagi bel istirahat berbunyi, tapi Obiet belum juga kembali.

‘Seandainya gue gak izinin Obiet keluar’ batin Cakka

Teeeeettttt

15 menit berlalu dan bel istirahat telah berbunyi. Cakka berniat mencari Obiet, karena sedari tadi hatinya terus gelisah memikirkan teman sebangkunya yang tiba-tiba menghilang. Apalagi Obiet adalah siswa baru yang belum tahu apa-apa tentang sekolah barunya.


Siapakah Ify?
Mengapa Cakka tidak senang melihat Ify yang masuk di kelas 9B?
Apakah Ify ada hubungannya dengan buku tersebut?
Kemanakah Obiet pergi dan menghilang?
Apakah Cakka akan berhasil menemukan Obiet?