Selain itu, Eldwin juga sangat mahir dalam berimajinasi. Tulisan imajinasinya telah diterbitkan di beberapa toko buku yang ada di negeri ini. Buku hasil imajinasinya berjudul ‘Shibo kiroku’ yang diambil dari bahasa jepang. Bukan judul saja, tetapi isi dari cerita ini menggunakan bahasa jepang dan sangat laris dipasaran khususnya di negeri sakura.
Selain hasil karya tulisnya yang menakjubkan, Eldwin juga memiliki sifat low profile dan wellcome dengan siapapun. Mahasiswa dari jurusan VIKOM di UNIVERSITAS BHINEKA ini termasuk salahsatu murid berprestasi di Kampusnya karena mendapatkan IPK sebesar 4,00 dengan perolehan nilai A pada setiap mata kuliahnya. Sekarang ini Eldwin sudah duduk di Semester 2.
***
***
***
“Seorang
mahasiswa bernama Eldwin Dwi Nugraha telah ditemukan tewas dengan
posisi mengenaskan di dalam Gudang yang terletak di Kampus Cakrawala.
Mahasiswa ini diduga tewas karena dibunuh. Terlihat dengan jelas sebuah
pisau berukuran kecil menancap pada perutnya” ujar seorang reporter dari
stasiun televisi yang kini sedang berdiri tepat disamping jenazah pria
berkemeja kotak-kotak yang perutnya tertancap pisau serta berlumuran
darah, sedangkan mahasiswa yang lainnya hanya dapat menyaksikan jenazah
Eldwin yang terbujurkaku disamping lemari yang sudah usang.
“Gaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk”
Eldwin terbangun dari tidurnya
“Gila ya gue….apa ini efek dari buku yang gue tulis”
“Horor banget sumpah”
“Aaaaa….gue bukan pembunuh. Bukaaaaaaannn. Gue gak bunuh mereka” teriaknya sambil menjambak rambutnya dan berharap bahwa semua yang telah terjadi seminggu ini hanya mimpi belaka.
“Gila ya gue….apa ini efek dari buku yang gue tulis”
“Horor banget sumpah”
“Aaaaa….gue bukan pembunuh. Bukaaaaaaannn. Gue gak bunuh mereka” teriaknya sambil menjambak rambutnya dan berharap bahwa semua yang telah terjadi seminggu ini hanya mimpi belaka.
Eldwin
melirik jam dindingnya yang jarum jamnya telah menunjukan kearah angka
5. Terlambat, biasanya Eldwin bangun tidur sebelum adzan subuh
berkumandang. Ia segera bangkit dari kasur dan bergegas ke kamar mandi
untuk mengambil air wudhu. Setelah itu ia segera bersiap-siap untuk
pergi ke Cafe Gemini untuk menepati janjinya kepada Rizky Patrick
Egeten.
***
“Kira-kira pulang jam berapa, Biet?”
“Entahlah Bu, mungkin agak sorean” jawabnya sambil mengngit roti bakar buatan ibu
“Mau ayah antar?”
“Tidak usah lah, Obiet mau mengendarai motor sendiri saja”
“Ya sudah, hati-hati di jalan. Ingat, jangan kebut-kebutan!!!” nasihat Ibu
“Siap Bu”
“Entahlah Bu, mungkin agak sorean” jawabnya sambil mengngit roti bakar buatan ibu
“Mau ayah antar?”
“Tidak usah lah, Obiet mau mengendarai motor sendiri saja”
“Ya sudah, hati-hati di jalan. Ingat, jangan kebut-kebutan!!!” nasihat Ibu
“Siap Bu”
Setelah
menghabiskan 2 helai roti bakar Obiet segera berpamitan kepada Ibu dan
ayahnya untuk pergi ke Gereja. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju
Garasi dan mengendarai motor satrianya.
***
Obiet
selalu ingat pesan ibunya untuk tidak kebut-kebutan saat mengendarai
motor. Namun yang namanya musibah hanya TUHAN YME saja yang mengetahui.
Meski kita sudah berusaha sekuat mungkin untuk menghindari musibah
tersebut, semuanya hanya akan terasa percuma karena kita tidak akan bisa
mengelak yang sudah menjadi ketentuan dari TUHAN YME.
Sebuah
mobil jazz berkecepatan diatas rata-rata telah menabrak motor yang
dikendarai Obiet. Tubuh Obiet terpental kepohon besar yang berada di
dekat jembatan penyeberangan, kepalanya mengalami benturan yang sangat
dahsyat sampai mencucurkan banyak darah segar. Pengendara yang tak
bertanggungjawab itu segera melarikan diri. Arus lalulintas yang tadinya
berjalan dengan lancar, kini menjadi macet total akibat kejadian
tersebut. Akhirnya ada seorang laki-laki yang bersedia membawa Obiet ke
Rumah Sakit.
“Sudahlah
Win... Janji dengan Rizky san itu bisa ditunda. Lebih penting nyawa
anak ini” ujar Eldwin dengan aktifitas mengendarai APV-nya
***
“Apa yang telah gue lakukan?” Ia seolah tak percaya dengan apa yang telah dilakukannya.
“Anak yang tak berdosa itu telah menjadi korban dari pelampiasan amarah gue” Cakka kembali
melajukan jazz-nya.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA GUE BENCI SEMUA INI” Teriaknya
***
Sudah hampir 2 jam Obiet tak sadarkan diri dari komanya, dan selama itu juga Eldwin duduk dengan rasa gelisah menunggu kabar baik mengenai kondisi Obiet.
~Sepanjang Perjalanan cinta~
~Hanya kau yang paling ku sayang~
(Ringtone Hp Eldwin : Salah_Eldwin Feat Dayat)
“Eldwin san, anata ga doko ni iru desu ka?” suara Rizky san dari seberang telepon
“watashi wa……..”
“Watashi wa 12 ni naru made matteimasu, matawa kono kyoryoku kankei wa kaijo sa re”
“watashi wa……..”
“Watashi wa 12 ni naru made matteimasu, matawa kono kyoryoku kankei wa kaijo sa re”
Tuuuut..tuuutt..Telepon
terputus, Eldwin mulai bingung. Jika ia menunggu Obiet sampai sadar,
berarti ia harus membatalkan janjinya dengan Rizky san yang telah
jauh-jauh datang dari Jepang khusus untuk menemuinya. Rizky adalah
Produser pada salahsatu Production House yang ada di negeri sakura. Ia
tertarik untuk membuat film layar lebar yang diambil dari cerita dalam
buku Eldwin yang berjudul ‘Shibo Kiroku’.
“Maaf anda siapanya Obiet?” tanya Dokter Riezma yang baru saja keluar dari ruangan
“Saya bukan siapa-siapanya Dok” jawab Eldwin yang baru melangkahkan selangkah kakinya untuk meninggalkan tempat tersebut
“Maaf, kami tidak dapat menyelamatkan Obiet. Tolong beri tahu keluarganya!!!” ujar Dokter Riezma
“Tapi Dok, saya tidak mengenalnya. Apalagi keluarganya”
“.....”
“Saya bukan siapa-siapanya Dok” jawab Eldwin yang baru melangkahkan selangkah kakinya untuk meninggalkan tempat tersebut
“Maaf, kami tidak dapat menyelamatkan Obiet. Tolong beri tahu keluarganya!!!” ujar Dokter Riezma
“Tapi Dok, saya tidak mengenalnya. Apalagi keluarganya”
“.....”
Eldwin
mengeluarkan sebuah dompet dari dalam saku celananya, “Ini dompet milik
Obiet, Dok. Didalamnya terdapat kartu nama dan kartu pelajar, mungkin
bisa membantu untuk menghubungi keluarganya” Eldwin memberikan dompet
berwarna biru kepada Dokter Riezma, kemudian ia pergi meninggalkan Rumah
Sakit
***
***
11:00
Akhirnya Eldwin dapat datang sebelum jam 12:00. Rizky san terlihat sangat berwibawa dengan jazz berwarna cokelat yang dikenakannya. Kacamatanya pun turut membuat wajah Rizky terlihat tampan.
“Sumimasen Rizky san. Watashiwa Eldwin Dwi Nugraha desu ” jelas Eldwin yang posisinya berhadapan dengan Rizky
“Suwatte kudasai!!!” Eldwin segera mematuhi perintah Rizky san yang mempersilahkannya untuk duduk
“Sain’in shite kudasai!!!” Rizky menyerahkan map yang berisikan kertas persetujuan kontrak. Eldwin segera menandatanganinya
“Watashi ga tassei shinakereba naranakatta mono ga arimashita, sayonara!!!” Rizky san pergi dan meninggalkan chek senilai Rp.200.000.000,00 untuk Eldwin. Eldwin pun melangkahkan kakinya keluar cafe.
“Suwatte kudasai!!!” Eldwin segera mematuhi perintah Rizky san yang mempersilahkannya untuk duduk
“Sain’in shite kudasai!!!” Rizky menyerahkan map yang berisikan kertas persetujuan kontrak. Eldwin segera menandatanganinya
“Watashi ga tassei shinakereba naranakatta mono ga arimashita, sayonara!!!” Rizky san pergi dan meninggalkan chek senilai Rp.200.000.000,00 untuk Eldwin. Eldwin pun melangkahkan kakinya keluar cafe.
***
Ternyata kota Bandung juga bisa macet seperti kota Jakarta. Namun kemacetan kali ini bukan dikarenakan oleh banyaknya kendaraan yang melintas, melainkan ada seorang pemuda yang berniat untuk terjun dari atas Gedung. Sudah ada beberapa polisi dan orang-orang yang membujuknya untuk turun. Namun pemuda itu mengancam, “Awas ya!!! Kalo lu semua mendekat, gue akan lompat sekarang juga”. Akhirnya Eldwin memutuskan untuk keluar dari dalam mobil dan berlari kedalam gedung untuk menghampiri pemuda itu.
“Heh
boy!!! Yang loe lakukan itu sia-sia. Apa loe udah punya banyak amal
buat balik ke rumah TUHAN YME .Hah?” ujar Eldwin yang jaraknya hanya
lima langkah dari pemuda tersebut
“Peduli apa loe sama gue? Bokap dan nyokap gue aja gak ada yang peduli” balas Cakka
“Karena gue bukan bokap dan nyokap loe”
“Gue mohon agar loe mengurunkan niat loe” lanjut Eldwin sambil melangkahkan kakinya satu langkah menuju Cakka
“Loe siapa sih? So malaikat banget”
“Gue emang bukan malaikat, tapi gue bersedia jadi temen loe boy”
“Mundur gak??? Kalo enggak, gue bakalan loncat sekarang juga”
“Silahkan loncat!!! Hanya pengecut yang bisa melakukan hal bodoh seperti itu. Cemen loe. Banci” ledek Eldwin
“Gue bukan pengecut dan bukan Banci”
“Ya udah sih, kalo gak mau dibilang gitu loe harus mengurungkan niat loe”
“Oke fine” Cakka memundurkan langkahnya dan hampir jatuh dari atas gedung
“Peduli apa loe sama gue? Bokap dan nyokap gue aja gak ada yang peduli” balas Cakka
“Karena gue bukan bokap dan nyokap loe”
“Gue mohon agar loe mengurunkan niat loe” lanjut Eldwin sambil melangkahkan kakinya satu langkah menuju Cakka
“Loe siapa sih? So malaikat banget”
“Gue emang bukan malaikat, tapi gue bersedia jadi temen loe boy”
“Mundur gak??? Kalo enggak, gue bakalan loncat sekarang juga”
“Silahkan loncat!!! Hanya pengecut yang bisa melakukan hal bodoh seperti itu. Cemen loe. Banci” ledek Eldwin
“Gue bukan pengecut dan bukan Banci”
“Ya udah sih, kalo gak mau dibilang gitu loe harus mengurungkan niat loe”
“Oke fine” Cakka memundurkan langkahnya dan hampir jatuh dari atas gedung
Eldwin berhasil meraih tangan Cakka. “Lepaskan tangan gueeeee!!!” teriak Cakka, namun Eldwin masih tetap mempertahankan.
Suasana
dibawah gedung sangat ramai dan arus lalulintas pun turut terhambat.
Tangan Eldwin sudah tidak kuat untuk menahan beban tubuh Cakka, akhirnya
Eldwin ikut tertarik bersama Cakka dan jatuh secara bersamaan.
Eldwin dan Cakka membuka kedua matanya yang sedari tadi terpejam, “Kita belum mati” Ujar Eldwin
Ternyata
sebelum mereka jatuh dari atas gedung, warga telah menyiapkan matras
berukuran besar agar Eldwin dan Cakka tidak jatuh di atas aspal.
Akhirnya Cakka sadar bahwa bunuh diri itu bukan jalan keluar dari
masalahnya. Dan Cakka bersyukur bahwa masih banyak orang yang peduli
padanya.
***
R.S KATULISTIWA
“Suster Ratih, apakah sudah mendapatkan informasi tentang Obiet?”
“Sudah Dok” Jawabnya kepada Dokter Riezma
“Bagaimana?”
“Tadi saya menghubungi teman saya yang mengajar di SMA tempat Obiet bersekolah. Kebetulan ia adalah wali kelasnya Obiet dan ia pun bersedia untuk menghubungi keluarga Obiet”
“Oke. Thak you”
“Dokter Riezmaaaa” ucap Suster Sri yang baru saja menghampiri dengan nafas tersendak-sendak
“Ada apa Sus?” tanya Suster Ratih
“Obiet...Obieeettt...Itu” jawabnya menggantung
“Coba ditenangkan dahulu!!!!”
“Hufhhh.. Obiet sadar Dok” lanjut Suster Sri
“Apaaaa??? Bukannya dia sudah meninggal?”
“Entahlah. Tapi saya lihat sendiri bahwa Obiet sedang duduk manis diatas kasur”
“Mungkin Suster Sri salah lihat” ujar Dr Riezma
“Ya sudah kalau tidak percaya mari kita ke Kamar Mayat”
Ketiganya
berjalan menuju Kamar Mayat. Dr Riezma dan Suster Ratih sontak kaget
melihat Obiet yang baru saja keluar dari Kamar Mayat. Ternyata benar
yang dikatakan Suster Sri bahwa Obiet bangun kembali dari matinya (Mati
Suri). Obiet berjalan lurus menuju koridor Rumah sakit, sedangkan
ketiganya mengikuti dari belakang.“Sudah Dok” Jawabnya kepada Dokter Riezma
“Bagaimana?”
“Tadi saya menghubungi teman saya yang mengajar di SMA tempat Obiet bersekolah. Kebetulan ia adalah wali kelasnya Obiet dan ia pun bersedia untuk menghubungi keluarga Obiet”
“Oke. Thak you”
“Dokter Riezmaaaa” ucap Suster Sri yang baru saja menghampiri dengan nafas tersendak-sendak
“Ada apa Sus?” tanya Suster Ratih
“Obiet...Obieeettt...Itu” jawabnya menggantung
“Coba ditenangkan dahulu!!!!”
“Hufhhh.. Obiet sadar Dok” lanjut Suster Sri
“Apaaaa??? Bukannya dia sudah meninggal?”
“Entahlah. Tapi saya lihat sendiri bahwa Obiet sedang duduk manis diatas kasur”
“Mungkin Suster Sri salah lihat” ujar Dr Riezma
“Ya sudah kalau tidak percaya mari kita ke Kamar Mayat”
Obiet
menghentikan langkah kakinya, “Sebaiknya kamu pulang!! Tidak baik
terlalu lama berada disini!!” ujar Obiet. Ketiganya hanya saling menatap
satu samalain melihat Obiet yang sedang berbicara sendiri.
“Apakah itu akibat dari benturan yang melukai kepalanya?” ujar Suster Ratih
“Maybe” jawab Dokter Riezma
“Maybe” jawab Dokter Riezma
***
Satu bulan kemudian,,Hari ini adalah hari terakhir OSPEK di UNIVERSITAS CAKRAWALA. Kini Cakka resmi menjadi mahasiswa jurusan FIKOM. Setelah acara OSPEK selesai, panitia mengadakan acara camping yang akan dilaksanakan nanti malam di sebuah desa terpencil yang terletak di Cikajang, Garut.
***
Semenjak
mengalami mati suri, Obiet dapat berkomunikasi dengan makhluk lainnya
yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Obiet heran, mungkin itu
adalah kelebihan yang dititipkan TUHAN YME kepada Obiet. Ia berjanji
akan menggunakan kelebihannya untuk membantu orang-orang yang
membutuhkan
***
Cikajang, Garut
Walaupun udara terasa dingin, namun kebersamaan telah menghangatkan suasana.Apalagi ditambah dengan api unggun, suasana terasa sangat menyenangkan. Para peserta dan panitia bernyanyi bersama menikmati malam yang menyenangkan ini. Ada satu peserta yang kelihatannya tidak sebahagia peserta lainnya. Cakka Nuraga, dia lebih senang menyendiri dibanding berkumpul dengan yang lain. Perlahan, ia berjalan menjauhi keramaian. Hingga langkahnya terhenti di sebuah rumah yang terbuat dari kayu. Rumahnya terlihat sepi dan angker, tapi baginya tidak masalah selagi tempat itu jauh dari keramaian. Ia memasuki rumah itu. Ternyata benar bahwa rumah itu tak berpenghuni. Cakka tiduran diatas kursi yang terbuat dari kayu, beberapa saat kemudian seekor anak kucing mengganggu tidurnya dengan duduk manis diatas dada Cakka. Cakka berusaha melepaskan anak kucing yang hinggap diatas dadanya, namun anak kucing itu tidak mau dan memberontak dengan cara mencakar leher Cakka sampai mengeluarkan darah. Cakka tidak tinggal diam, dengan sekuat tenaga ia berusaha menyingkirkan anak kucing itu dan melemparnya sampai meninggal.
Semenjak kejadian itu sikap orang-orang terhadap Cakka berubah drastis. Mereka menganggap Cakka gila karena sering berteriak kesakitan pada bagian tubuhnya yang tidak terluka.
“Aaaaaaa
panaaaas!!!!! Badan gue panas!!! Gue terbakar” Teriaknya dari dalam
tenda yang membuat semua peserta camping menghampirinya kedalam tenda
“Gak ada apa-apa Cak, tubuh lu gak kebakar” salahsatu teman berusaha menyadarkannya
“Panas panaaaaaas panaaaaaassss” histerisnya kembali
“Gak ada apa-apa Cak, tubuh lu gak kebakar” salahsatu teman berusaha menyadarkannya
“Panas panaaaaaas panaaaaaassss” histerisnya kembali
Byur….Gabriel
menyiram Cakka dengan satu ember air yang diambil dari sungai terdekat.
Air yang dingin, bagaikan es yang baru saja mencair. Cakka menatap
tajam kepada kakak tingkatnya itu. Tatapan seorang srigala yang siap
mencengkram mangsanya.
“Sialan lu Iel” Cakka menyeret Gabriel keluar tenda dan memukulinya., Iel melawan.
Terjadilah
pertengkaran besar yang hampir menimbulkan korban jiwa. Kekuatan yang
dikeluarkan Cakka bukanlah kekuatan biasa, bahkan lebih dari kalimat
‘luar biasa’. Badan Gabriel terpental pada sebuah pohon besar sampai
membuat pohon itu tumbang mengenai tubuh Gabriel. Akibat perkelahian itu
Gabriel mengalami cacad permanen pada kaki kirinya.
Air susu
dibalas dengan air tuba. Itulah perumpamaan yang cocok untuk kasus ini.
Tak disangka, niat baik Gabriel malah menjadi petaka untuknya. Namun
Gabriel tak berniat untuk melaporkan kasus ini kepada pihak yang
berwajib. Kejadian ini membuat para peeserta camping ketakutan dan tak
ada satupun dari mereka yang ingin berteman dengan Cakka. Bahkan
wajahnya yang tampan pun tidak menjadi daya tarik untuk para perempuan
yang ada di Kampus.
***
Acara camping telah selesai dilaksanakan. Kebetulan pada hari ini salahsatu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di Kampus mengadakan lomba vocal, dan Obiet menjadi salahsatu pesertanya. Karena Obiet mendapatkan nomor peserta 57, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Kampus. Siapa tahu beberapa tahun yang akan datang ia menjadi salahsatu mahasiswa disini. Disudut Lapangan terlihat seorang mahasiswa yang sedang asyik memainkan ipadnya.
“Kalo gini terus loe gak bakalan punya temen” ujar Obiet yang baru saja menghampirinya
“Anak-anak disini membicarakan loe“
“Bagus kalau lu udah tahu tentang gue, lu mau bernasib sama kayak Gabriel. Hah?
“Gak sih. Tapi kalau lu gini terus, lu gak bakalan punya temen”
“Apa urusan loe? Gak ngaruh juga buat IPK gue” jawabnya ketus
“.....”
“Gue Obiet” sambil mengulurkan tangan. Sedangkan mahasiswa itu bukannya menjabat tangan Obiet malah menghindarkan tangan Obiet dari pandangannya. Obiet heran saat melihat ada 3 cakaran kucing yang tergores pada leher Cakka.
“Cakka” jawabnya Ketus kemudian pergi meninggalkan Obiet
Obiet
terus memandangi langkah kaki Cakka yang semakin menjauh. Sebuah bola
basket melambung dan hampir mengenai kepala Obiet. Namun Eldwin berhasil
menangkap bola itu dan melemparnya kembali ke Lapangan. Eldwin kaget
melihat sesosok laki-laki yang kini ada dihadapannya.“Anak-anak disini membicarakan loe“
“Bagus kalau lu udah tahu tentang gue, lu mau bernasib sama kayak Gabriel. Hah?
“Gak sih. Tapi kalau lu gini terus, lu gak bakalan punya temen”
“Apa urusan loe? Gak ngaruh juga buat IPK gue” jawabnya ketus
“.....”
“Gue Obiet” sambil mengulurkan tangan. Sedangkan mahasiswa itu bukannya menjabat tangan Obiet malah menghindarkan tangan Obiet dari pandangannya. Obiet heran saat melihat ada 3 cakaran kucing yang tergores pada leher Cakka.
“Cakka” jawabnya Ketus kemudian pergi meninggalkan Obiet
“Ada yang aneh?”
“Loe Obiet?”
“Ya. Loe siapa? Kenapa tahu gue? Apa kita pernah kenal?”
“Sorry, bukannya loe udah meninggal?” tanyanya sedikit ragu
“Ya, gue mati suri”
“Gue Eldwin yang pernah bawa loe ke Rumah Sakit”
“Oh thanks” jawab Obiet yang kemudian menatap tajam ke arah Cakka yang sedang berjalan membelakanginya
“Ngapaian loe lihat Cakka?”
“Ada yang aneh dari dia” tatapannya masih lurus pada Cakka yang berjalan membelakanginya
“Dia memang aneh, seperti orang gila, suka histeris sendiri. Kadang ngerasa kepanasan, bentur-benturin kepalanya ke pohon. Banyak deh pokoknya”
“Itu juga denger dari anak-anak lain sih”
“Bukan aneh yang itu maksud gue. Ada dua jiwa dalam raga Cakka”
“Maksud loe?”
“Ada roh yang masuk ditubuh Cakka”
“Loe punya indera keenam?”
“Entahlah, yang jelas setelah mengalami mati suri gue bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk dunia lain”
“Loe Obiet?”
“Ya. Loe siapa? Kenapa tahu gue? Apa kita pernah kenal?”
“Sorry, bukannya loe udah meninggal?” tanyanya sedikit ragu
“Ya, gue mati suri”
“Gue Eldwin yang pernah bawa loe ke Rumah Sakit”
“Oh thanks” jawab Obiet yang kemudian menatap tajam ke arah Cakka yang sedang berjalan membelakanginya
“Ngapaian loe lihat Cakka?”
“Ada yang aneh dari dia” tatapannya masih lurus pada Cakka yang berjalan membelakanginya
“Dia memang aneh, seperti orang gila, suka histeris sendiri. Kadang ngerasa kepanasan, bentur-benturin kepalanya ke pohon. Banyak deh pokoknya”
“Itu juga denger dari anak-anak lain sih”
“Bukan aneh yang itu maksud gue. Ada dua jiwa dalam raga Cakka”
“Maksud loe?”
“Ada roh yang masuk ditubuh Cakka”
“Loe punya indera keenam?”
“Entahlah, yang jelas setelah mengalami mati suri gue bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk dunia lain”
“Eh,
lu jangan deket-deket Eldwin!!!! Dia pembunuh berdarah dingin” ujar
seorang mahasiswi yang lewat di depan mereka dan berlalu begitu saja
“Maksud dia apa win?” Obiet membelakakan matanya
“Jangan di anggap!!!”
“Sorry, gue ada jadwal” Eldwin segera meninggalkan Obiet dengan tergesa-gesa dan memasang wajah ketakutan. Obiet kembali ke Aula untuk menunggu gilirannya yang sebentar lagi tampil.
“Maksud dia apa win?” Obiet membelakakan matanya
“Jangan di anggap!!!”
“Sorry, gue ada jadwal” Eldwin segera meninggalkan Obiet dengan tergesa-gesa dan memasang wajah ketakutan. Obiet kembali ke Aula untuk menunggu gilirannya yang sebentar lagi tampil.
***
Koran Merah Putih-Berita Dunia
Jumat, 26 Juli 2013
Rizky Patrick Egeten, pemilik Sakura Production house ditemukan telah tak bernyawa di dalam lemari pakaian yang berada pada kamar no 212 Hotel Galaxi. Jasadnya ditemukan dalam keadaan tidak utuh tanpa bola mata bagian kanan, telinga bagian kanan, tangan kanan, dan kaki kanan. Apa maksud dari pembunuh tersebut mengambil anggota tubuh bagian kanan milik pengusaha asal jepang ini? Bukti yang ditemukan hanyalah kertas kontrak dengan Eldwin Dwi Nugraha yang sudah tersobek menjadi beberapa bagian dan buku ‘shibo kiroku’ karya blogger terkenal milik Eldwin Dwi Nugraha yang telah berlumuran darah.
Itulah selembar koran yang ditemukannya pada kursi tempat ia duduk.
‘Apa Eldwin benar-benar pembunuh berdarah dingin?’
“Lu bakalan tahu jawabannya sendiri kok” ujar seorang yang berada di samping kanan, obiet menggernyitkan dahiny
“Gue juga tahu kalu lu bakalan ngomong ‘Lu kok tahu? Gue kan ngomong dalem hati’ ya kan?” Obiet hanya menjawab dengan anggukan
“Gak penting!!!!”
“Lu siapa sih?”
“Mario Stevano Aditya Haling”
“Itu kan nama tokoh dalam shibo kiroku”
“Ya, itu memang gue”
“Haha luchu” ledek Obiet
“I’m serious. Gue emang tokoh dalam shibo kiroku”
“Gue juga tahu kalu lu bakalan ngomong ‘Lu kok tahu? Gue kan ngomong dalem hati’ ya kan?” Obiet hanya menjawab dengan anggukan
“Gak penting!!!!”
“Lu siapa sih?”
“Mario Stevano Aditya Haling”
“Itu kan nama tokoh dalam shibo kiroku”
“Ya, itu memang gue”
“Haha luchu” ledek Obiet
“I’m serious. Gue emang tokoh dalam shibo kiroku”
***
Toko Buku Metamorfora ,,,Sudah hampir dua jam gadis berambut bermata bulat ini menelusuri lemari buku untuk mencari buku bacaan. Ia lebih senang menghabiskan waktunya ditempat ini daripada mall. Sangat berbeda dengan wanita pada umumnya. Langkahnya terhenti tepat di depan lemari buku yang berada paling utama dekat pintu masuk.
“Shibo Kiroku”
“Mbak…..kenapa buku kutukan seperti ini ditaro di lemari utama sih?” teriaknya kepada penjaga toko
“Ehm….ehm…ehmm..itu perintah bapak, non”
“Buang buku itu sekarang juga!!!!”
“Gak bisa non”
“Apa non mau baca buku itu?”
“Cuih…najis!!! Gue belum siap mati” gadis itu segera pergi meninggalkan toko
“Mbak…..kenapa buku kutukan seperti ini ditaro di lemari utama sih?” teriaknya kepada penjaga toko
“Ehm….ehm…ehmm..itu perintah bapak, non”
“Buang buku itu sekarang juga!!!!”
“Gak bisa non”
“Apa non mau baca buku itu?”
“Cuih…najis!!! Gue belum siap mati” gadis itu segera pergi meninggalkan toko
***
Rumah CakkaShibo Kiroku, buku yang dibelinya 2 hari yang lalu. Sebenarnya ia membeli buku itu bukan untuk dibaca, melainkan untuk membuktikan perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa buku ini adalah buku kematian. Katanya, siapa saja yang melihat buku ini maka ia harus membelinya. Dan siapapun yang membelinya maka ia harus membacanya. Jika tidak, ia akan mati.
“Ini? Buku bersampul freak kayak gini mendatangkan kematian. Modus banget. Hahah ” Cakka melempar buku itu keluar jendela kamarnya
“Aaaaa….aaaa….dada gue sakit”
Bersambung….