Minggu, 21 Juli 2013

Read Or Die !!!! [Part1_Shibo kiroku]

SHIBO KIROKU

Eldwin Dwi Nugraha, biasa disapa dengan sebutan Eldwin/Uwin. Seorang blogger yang terkenal dengan hasil karya tulisnya yang dapat memberi motivasi untuk para pembaca. Karya tulis Eldwin tidak hanya digemari oleh kaum remaja saja, banyak juga dari kalangan muda dan tua yang menyukai tulisan Eldwin. Followers pada akun blog Eldwin saja sudah mencpai 10.986.
Selain itu, Eldwin juga sangat mahir dalam berimajinasi. Tulisan imajinasinya telah diterbitkan di beberapa toko buku yang ada di negeri ini. Buku hasil imajinasinya berjudul ‘Shibo kiroku’ yang diambil dari bahasa jepang. Bukan judul saja, tetapi isi dari cerita ini menggunakan bahasa jepang dan sangat laris dipasaran khususnya di negeri sakura.
Selain hasil karya tulisnya yang menakjubkan, Eldwin juga memiliki sifat low profile dan wellcome dengan siapapun. Mahasiswa dari jurusan VIKOM di UNIVERSITAS BHINEKA ini termasuk salahsatu murid berprestasi di Kampusnya karena mendapatkan IPK sebesar 4,00 dengan perolehan nilai A pada setiap mata kuliahnya. Sekarang ini Eldwin sudah duduk di Semester 2.

***

Yohanes Baptista Obiet Panggrahitto, biasa disapa dengan sebutan Obiet. Siswa kelas XI di salahsatu sekolah Swasta Kristen di kota Bandung. Tidak jauh dengan Eldwin, remaja bertahi lalat didagu ini memiliki sifat ramah dan santun serta sederhana. Memiliki bakat yang luar biasa dalam bidang tarik suara. Selain menjadi anggota paduan suara sekolah, ia adalah seorang penyanyi gereja.

***

Cakka Kawekas Nuraga, seorang anak yang terlahir dari keluarga berada. Ayahnya adalah pemilik dari salahsatu pabrik Industri yang ada di kota Bandung. Hobby-nya adalah balapan motor bersama teman-temanya. Status sekolahnya belum jelas karena ia baru saja lulus dari SMA Swasta termahal di kota Bandung. Remaja yang satu ini memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Eldwin dan Obiet. Kebutuhannya yang selalu terpenuhi telah menjadikannya sebagai anak angkuh yang tidak pernah memperdulikan keadaan orang-orang sekitar yang kurang mampu.

***

“Seorang mahasiswa bernama Eldwin Dwi Nugraha telah ditemukan tewas dengan posisi mengenaskan di dalam Gudang yang terletak di Kampus Cakrawala. Mahasiswa ini diduga tewas karena dibunuh. Terlihat dengan jelas sebuah pisau berukuran kecil menancap pada perutnya” ujar seorang reporter dari stasiun televisi yang kini sedang berdiri tepat disamping jenazah pria berkemeja kotak-kotak yang perutnya tertancap pisau serta berlumuran darah, sedangkan mahasiswa yang lainnya hanya dapat menyaksikan jenazah Eldwin yang terbujurkaku disamping lemari yang sudah usang.

“Gaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk” Eldwin terbangun dari tidurnya
“Gila ya gue….apa ini efek dari buku yang gue tulis”
“Horor banget sumpah”
“Aaaaa….gue bukan pembunuh. Bukaaaaaaannn. Gue gak bunuh mereka” teriaknya sambil menjambak rambutnya dan berharap bahwa semua yang telah terjadi seminggu ini hanya mimpi belaka.

Eldwin melirik jam dindingnya yang jarum jamnya telah menunjukan kearah angka 5. Terlambat, biasanya Eldwin bangun tidur sebelum adzan subuh berkumandang. Ia segera bangkit dari kasur dan bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah itu ia segera bersiap-siap untuk pergi ke Cafe Gemini untuk menepati janjinya kepada Rizky Patrick Egeten.

***

Hari ini Obiet ada jadwal mengisi acara di Gereja yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Ia terlihat tampan dengan kemeja berwarna hitam yang dikenakannya.
“Kira-kira pulang jam berapa, Biet?”
“Entahlah Bu, mungkin agak sorean” jawabnya sambil mengngit roti bakar buatan ibu
“Mau ayah antar?”
“Tidak usah lah, Obiet mau mengendarai motor sendiri saja”
“Ya sudah, hati-hati di jalan. Ingat, jangan kebut-kebutan!!!” nasihat Ibu
“Siap Bu”

Setelah menghabiskan 2 helai roti bakar Obiet segera berpamitan kepada Ibu dan ayahnya untuk pergi ke Gereja. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju Garasi dan mengendarai motor satrianya.

***

Obiet selalu ingat pesan ibunya untuk tidak kebut-kebutan saat mengendarai motor. Namun yang namanya musibah hanya TUHAN YME saja yang mengetahui. Meski kita sudah berusaha sekuat mungkin untuk menghindari musibah tersebut, semuanya hanya akan terasa percuma karena kita tidak akan bisa mengelak yang sudah menjadi ketentuan dari TUHAN YME.
Sebuah mobil jazz berkecepatan diatas rata-rata telah menabrak motor yang dikendarai Obiet. Tubuh Obiet terpental kepohon besar yang berada di dekat jembatan penyeberangan, kepalanya mengalami benturan yang sangat dahsyat sampai mencucurkan banyak darah segar. Pengendara yang tak bertanggungjawab itu segera melarikan diri. Arus lalulintas yang tadinya berjalan dengan lancar, kini menjadi macet total akibat kejadian tersebut. Akhirnya ada seorang laki-laki yang bersedia membawa Obiet ke Rumah Sakit.

“Sudahlah Win... Janji dengan Rizky san itu bisa ditunda. Lebih penting nyawa anak ini” ujar Eldwin dengan aktifitas mengendarai APV-nya

***

Mobilnya berhenti secara mendadak tepat di depan Toko Bunga yang berada di tengah kota.

 “Apa yang telah gue lakukan?” Ia seolah tak percaya dengan apa yang telah dilakukannya.
“Anak yang tak berdosa itu telah menjadi korban dari pelampiasan amarah gue” Cakka kembali 
 melajukan jazz-nya.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA GUE BENCI SEMUA INI” Teriaknya

***

R.S KATULISTIWA

Sudah hampir 2 jam Obiet tak sadarkan diri dari komanya, dan selama itu juga Eldwin duduk dengan rasa gelisah menunggu kabar baik mengenai kondisi Obiet.
~Sepanjang Perjalanan cinta~
~Hanya kau yang paling ku sayang~
(Ringtone Hp Eldwin : Salah_Eldwin Feat Dayat)
“Eldwin san, anata ga doko ni iru desu ka?” suara Rizky san dari seberang telepon
“watashi wa……..”
“Watashi wa 12 ni naru made matteimasu, matawa kono kyoryoku kankei wa kaijo sa re”
Tuuuut..tuuutt..Telepon terputus, Eldwin mulai bingung. Jika ia menunggu Obiet sampai sadar, berarti ia harus membatalkan janjinya dengan Rizky san yang telah jauh-jauh datang dari Jepang khusus untuk menemuinya. Rizky adalah Produser pada salahsatu Production House yang ada di negeri sakura. Ia tertarik untuk membuat film layar lebar yang diambil dari cerita dalam buku Eldwin yang berjudul ‘Shibo Kiroku’.
“Maaf anda siapanya Obiet?” tanya Dokter Riezma yang baru saja keluar dari ruangan
“Saya bukan siapa-siapanya Dok” jawab Eldwin yang baru melangkahkan selangkah kakinya untuk meninggalkan tempat tersebut
“Maaf, kami tidak dapat menyelamatkan Obiet. Tolong beri tahu keluarganya!!!” ujar Dokter Riezma
“Tapi Dok, saya tidak mengenalnya. Apalagi keluarganya”
“.....”
Eldwin mengeluarkan sebuah dompet dari dalam saku celananya, “Ini dompet milik Obiet, Dok. Didalamnya terdapat kartu nama dan kartu pelajar, mungkin bisa membantu untuk menghubungi keluarganya” Eldwin memberikan dompet berwarna biru kepada Dokter Riezma, kemudian ia pergi meninggalkan Rumah Sakit

***

Roda kehidupan selalu berputar. Ada saatnya kita berada di atas, dan ada saatnya juga kita berada dibawah. Mungkin itulah yang sedang menjadi BIG PROBLEM bagi Cakka. Pabrik milik Ayahnya bangkrut dan mengalami kerugian besar. Ibunya yang terbiasa dengan gaya hidup mewah merasa kecewa akibat musibah yang menimpa keluarga Nuraga, sehingga ia memutuskan untuk bercerai.

***

Cafe Gemini
11:00

Akhirnya Eldwin dapat datang sebelum jam 12:00. Rizky san terlihat sangat berwibawa dengan jazz berwarna cokelat yang dikenakannya. Kacamatanya pun turut membuat wajah Rizky terlihat tampan.
“Sumimasen Rizky san. Watashiwa Eldwin Dwi Nugraha desu ” jelas Eldwin yang posisinya berhadapan dengan Rizky
Suwatte kudasai!!!” Eldwin segera mematuhi perintah Rizky san yang mempersilahkannya untuk duduk
“Sain’in shite kudasai!!!” Rizky menyerahkan map yang berisikan kertas persetujuan kontrak. Eldwin segera menandatanganinya
“Watashi ga tassei shinakereba naranakatta mono ga arimashita, sayonara!!!” Rizky san pergi dan meninggalkan chek senilai Rp.200.000.000,00 untuk Eldwin. Eldwin pun melangkahkan kakinya keluar cafe.

***

Di perjalanan pulang ...

Ternyata kota Bandung juga bisa macet seperti kota Jakarta. Namun kemacetan kali ini bukan dikarenakan oleh banyaknya kendaraan yang melintas, melainkan ada seorang pemuda yang berniat untuk terjun dari atas Gedung. Sudah ada beberapa polisi dan orang-orang yang membujuknya untuk turun. Namun pemuda itu mengancam, “Awas ya!!! Kalo lu semua mendekat, gue akan lompat sekarang juga”. Akhirnya Eldwin memutuskan untuk keluar dari dalam mobil dan berlari kedalam gedung untuk menghampiri pemuda itu.
“Heh boy!!! Yang loe lakukan itu sia-sia. Apa loe udah punya banyak amal buat balik ke rumah TUHAN YME .Hah?” ujar Eldwin yang jaraknya hanya lima langkah dari pemuda tersebut
“Peduli apa loe sama gue? Bokap dan nyokap gue aja gak ada yang peduli” balas Cakka
“Karena gue bukan bokap dan nyokap loe”
“Gue mohon agar loe mengurunkan niat loe” lanjut Eldwin sambil melangkahkan kakinya satu langkah menuju Cakka
“Loe siapa sih? So malaikat banget”
“Gue emang bukan malaikat, tapi gue bersedia jadi temen loe boy”
“Mundur gak??? Kalo enggak, gue bakalan loncat sekarang juga”
“Silahkan loncat!!! Hanya pengecut yang bisa melakukan hal bodoh seperti itu. Cemen loe. Banci” ledek Eldwin
“Gue bukan pengecut dan bukan Banci”
“Ya udah sih, kalo gak mau dibilang gitu loe harus mengurungkan niat loe”
“Oke fine” Cakka memundurkan langkahnya dan hampir jatuh dari atas gedung
Eldwin berhasil meraih tangan Cakka. “Lepaskan tangan gueeeee!!!” teriak Cakka, namun Eldwin masih tetap mempertahankan.
Suasana dibawah gedung sangat ramai dan arus lalulintas pun turut terhambat. Tangan Eldwin sudah tidak kuat untuk menahan beban tubuh Cakka, akhirnya Eldwin ikut tertarik bersama Cakka dan jatuh secara bersamaan.
Eldwin dan Cakka membuka kedua matanya yang sedari tadi terpejam, “Kita belum mati” Ujar Eldwin
Ternyata sebelum mereka jatuh dari atas gedung, warga telah menyiapkan matras berukuran besar agar Eldwin dan Cakka tidak jatuh di atas aspal. Akhirnya Cakka sadar bahwa bunuh diri itu bukan jalan keluar dari masalahnya. Dan Cakka bersyukur bahwa masih banyak orang yang peduli padanya.

***

R.S KATULISTIWA
“Suster Ratih, apakah sudah mendapatkan informasi tentang Obiet?”
“Sudah Dok” Jawabnya kepada Dokter Riezma
“Bagaimana?”
“Tadi saya menghubungi teman saya yang mengajar di SMA tempat Obiet bersekolah. Kebetulan ia adalah wali kelasnya Obiet dan ia pun bersedia untuk menghubungi keluarga Obiet”
“Oke. Thak you”
“Dokter Riezmaaaa” ucap Suster Sri yang baru saja menghampiri dengan nafas tersendak-sendak
“Ada apa Sus?” tanya Suster Ratih
“Obiet...Obieeettt...Itu” jawabnya menggantung
“Coba ditenangkan dahulu!!!!”
“Hufhhh.. Obiet sadar Dok” lanjut Suster Sri
“Apaaaa??? Bukannya dia sudah meninggal?”
“Entahlah. Tapi saya lihat sendiri bahwa Obiet sedang duduk manis diatas kasur”
“Mungkin Suster Sri salah lihat” ujar Dr Riezma
“Ya sudah kalau tidak percaya mari kita ke Kamar Mayat”
Ketiganya berjalan menuju Kamar Mayat. Dr Riezma dan Suster Ratih sontak kaget melihat Obiet yang baru saja keluar dari Kamar Mayat. Ternyata benar yang dikatakan Suster Sri bahwa Obiet bangun kembali dari matinya (Mati Suri). Obiet berjalan lurus menuju koridor Rumah sakit, sedangkan ketiganya mengikuti dari belakang.
Obiet menghentikan langkah kakinya, “Sebaiknya kamu pulang!! Tidak baik terlalu lama berada disini!!” ujar Obiet. Ketiganya hanya saling menatap satu samalain melihat Obiet yang sedang berbicara sendiri.
“Apakah itu akibat dari benturan yang melukai kepalanya?” ujar Suster Ratih
“Maybe” jawab Dokter Riezma

***
Satu bulan kemudian,,

Hari ini adalah hari terakhir OSPEK di UNIVERSITAS CAKRAWALA. Kini Cakka resmi menjadi mahasiswa jurusan FIKOM. Setelah acara OSPEK selesai, panitia mengadakan acara camping yang akan dilaksanakan nanti malam di sebuah desa terpencil yang terletak di Cikajang, Garut.
***
Semenjak mengalami mati suri, Obiet dapat berkomunikasi dengan makhluk lainnya yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Obiet heran, mungkin itu adalah kelebihan yang dititipkan TUHAN YME kepada Obiet. Ia berjanji akan menggunakan kelebihannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan

***

Malam Hari
Cikajang, Garut

Walaupun udara terasa dingin, namun kebersamaan telah menghangatkan suasana.Apalagi ditambah dengan api unggun, suasana terasa sangat menyenangkan. Para peserta dan panitia bernyanyi bersama menikmati malam yang menyenangkan ini. Ada satu peserta yang kelihatannya tidak sebahagia peserta lainnya. Cakka Nuraga, dia lebih senang menyendiri dibanding berkumpul dengan yang lain. Perlahan, ia berjalan menjauhi keramaian. Hingga langkahnya terhenti di sebuah rumah yang terbuat dari kayu. Rumahnya terlihat sepi dan angker, tapi baginya tidak masalah selagi tempat itu jauh dari keramaian. Ia memasuki rumah itu. Ternyata benar bahwa rumah itu tak berpenghuni. Cakka tiduran diatas kursi yang terbuat dari kayu, beberapa saat kemudian seekor anak kucing mengganggu tidurnya dengan duduk manis diatas dada Cakka. Cakka berusaha melepaskan anak kucing yang hinggap diatas dadanya, namun anak kucing itu tidak mau dan memberontak dengan cara mencakar leher Cakka sampai mengeluarkan darah. Cakka tidak tinggal diam, dengan sekuat tenaga ia berusaha menyingkirkan anak kucing itu dan melemparnya sampai meninggal.
Semenjak kejadian itu sikap orang-orang terhadap Cakka berubah drastis. Mereka menganggap Cakka gila karena sering berteriak kesakitan pada bagian tubuhnya yang tidak terluka.
“Aaaaaaa panaaaas!!!!! Badan gue panas!!! Gue terbakar” Teriaknya dari dalam tenda yang membuat semua peserta camping menghampirinya kedalam tenda
“Gak ada apa-apa Cak, tubuh lu gak kebakar” salahsatu teman berusaha menyadarkannya
“Panas panaaaaaas panaaaaaassss” histerisnya kembali
Byur….Gabriel menyiram Cakka dengan satu ember air yang diambil dari sungai terdekat. Air yang dingin, bagaikan es yang baru saja mencair. Cakka menatap tajam kepada kakak tingkatnya itu. Tatapan seorang srigala yang siap mencengkram mangsanya.
“Sialan lu Iel” Cakka menyeret Gabriel keluar tenda dan memukulinya., Iel melawan.
Terjadilah pertengkaran besar yang hampir menimbulkan korban jiwa. Kekuatan yang dikeluarkan Cakka bukanlah kekuatan biasa, bahkan lebih dari kalimat ‘luar biasa’. Badan Gabriel terpental pada sebuah pohon besar sampai membuat pohon itu tumbang mengenai tubuh Gabriel. Akibat perkelahian itu Gabriel mengalami cacad permanen pada kaki kirinya.
Air susu dibalas dengan air tuba. Itulah perumpamaan yang cocok untuk kasus ini. Tak disangka, niat baik Gabriel malah menjadi petaka untuknya. Namun Gabriel tak berniat untuk melaporkan kasus ini kepada pihak yang berwajib. Kejadian ini membuat para peeserta camping ketakutan dan tak ada satupun dari mereka yang ingin berteman dengan Cakka. Bahkan wajahnya yang tampan pun tidak menjadi daya tarik untuk para perempuan yang ada di Kampus.

***

6 Hari Kemudian ,,

Acara camping telah selesai dilaksanakan. Kebetulan pada hari ini salahsatu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di Kampus mengadakan lomba vocal, dan Obiet menjadi salahsatu pesertanya. Karena Obiet mendapatkan nomor peserta 57, ia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Kampus. Siapa tahu beberapa tahun yang akan datang ia menjadi salahsatu mahasiswa disini. Disudut Lapangan terlihat seorang mahasiswa yang sedang asyik memainkan ipadnya.
“Kalo gini terus loe gak bakalan punya temen” ujar Obiet yang baru saja menghampirinya
“Anak-anak disini membicarakan loe“
“Bagus kalau lu udah tahu tentang gue, lu mau bernasib sama kayak Gabriel. Hah?
“Gak sih. Tapi kalau lu gini terus, lu gak bakalan punya temen”
“Apa urusan loe? Gak ngaruh juga buat IPK gue” jawabnya ketus
“.....”
“Gue Obiet” sambil mengulurkan tangan. Sedangkan mahasiswa itu bukannya menjabat tangan Obiet malah menghindarkan tangan Obiet dari pandangannya. Obiet heran saat melihat ada 3 cakaran kucing yang tergores pada leher Cakka.
“Cakka” jawabnya Ketus kemudian pergi meninggalkan Obiet
Obiet terus memandangi langkah kaki Cakka yang semakin menjauh. Sebuah bola basket melambung dan hampir mengenai kepala Obiet. Namun Eldwin berhasil menangkap bola itu dan melemparnya kembali ke Lapangan. Eldwin kaget melihat sesosok laki-laki yang kini ada dihadapannya.
“Ada yang aneh?”
“Loe Obiet?”
“Ya. Loe siapa? Kenapa tahu gue? Apa kita pernah kenal?”
“Sorry, bukannya loe udah meninggal?” tanyanya sedikit ragu
“Ya, gue mati suri”
“Gue Eldwin yang pernah bawa loe ke Rumah Sakit”
“Oh thanks” jawab Obiet yang kemudian menatap tajam ke arah Cakka yang sedang berjalan membelakanginya
“Ngapaian loe lihat Cakka?”
“Ada yang aneh dari dia” tatapannya masih lurus pada Cakka yang berjalan membelakanginya
“Dia memang aneh, seperti orang gila, suka histeris sendiri. Kadang ngerasa kepanasan, bentur-benturin kepalanya ke pohon. Banyak deh pokoknya”
“Itu juga denger dari anak-anak lain sih”
“Bukan aneh yang itu maksud gue. Ada dua jiwa dalam raga Cakka”
“Maksud loe?”
“Ada roh yang masuk ditubuh Cakka”
“Loe punya indera keenam?”
“Entahlah, yang jelas setelah mengalami mati suri gue bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk dunia lain”
“Eh, lu jangan deket-deket Eldwin!!!! Dia pembunuh berdarah dingin” ujar seorang mahasiswi yang lewat di depan mereka dan berlalu begitu saja
“Maksud dia apa win?” Obiet membelakakan matanya
“Jangan di anggap!!!”
Sorry, gue ada jadwal” Eldwin segera meninggalkan Obiet dengan tergesa-gesa dan memasang wajah ketakutan. Obiet kembali ke Aula untuk menunggu gilirannya yang sebentar lagi tampil.

***

Koran Merah Putih-Berita Dunia
Jumat, 26 Juli 2013
Rizky Patrick Egeten, pemilik Sakura Production house ditemukan telah tak bernyawa di dalam lemari pakaian yang berada pada kamar no 212 Hotel Galaxi. Jasadnya ditemukan dalam keadaan tidak utuh tanpa bola mata bagian kanan, telinga bagian kanan, tangan kanan, dan kaki kanan. Apa maksud dari pembunuh tersebut mengambil anggota tubuh bagian kanan milik pengusaha asal jepang ini? Bukti yang ditemukan hanyalah kertas kontrak dengan Eldwin Dwi Nugraha yang sudah tersobek menjadi beberapa bagian dan buku ‘shibo kiroku’ karya blogger terkenal milik Eldwin Dwi Nugraha yang telah berlumuran darah.
Itulah selembar koran yang ditemukannya pada kursi tempat ia duduk.
‘Apa Eldwin benar-benar pembunuh berdarah dingin?’
“Lu bakalan tahu jawabannya sendiri kok” ujar seorang yang berada di samping kanan, obiet menggernyitkan dahiny
“Gue juga tahu kalu lu bakalan ngomong ‘Lu kok tahu? Gue kan ngomong dalem hati’ ya kan?” Obiet hanya menjawab dengan anggukan
“Gak penting!!!!”
“Lu siapa sih?”
“Mario Stevano Aditya Haling”
“Itu kan nama tokoh dalam shibo kiroku”
“Ya, itu memang gue”
“Haha luchu” ledek Obiet
“I’m serious. Gue emang tokoh dalam shibo kiroku

***
Toko Buku Metamorfora ,,,

Sudah hampir dua jam gadis berambut bermata bulat ini menelusuri lemari buku untuk mencari buku bacaan. Ia lebih senang menghabiskan waktunya ditempat ini daripada mall. Sangat berbeda dengan wanita pada umumnya. Langkahnya terhenti tepat di depan lemari buku yang berada paling utama dekat pintu masuk.
Shibo Kiroku”
“Mbak…..kenapa buku kutukan seperti ini ditaro di lemari utama sih?” teriaknya kepada penjaga toko
“Ehm….ehm…ehmm..itu perintah bapak, non”
“Buang buku itu sekarang juga!!!!”
“Gak bisa non”
“Apa non mau baca buku itu?”
“Cuih…najis!!! Gue belum siap mati” gadis itu segera pergi meninggalkan toko

***
Rumah Cakka
Shibo Kiroku, buku yang dibelinya 2 hari yang lalu. Sebenarnya ia membeli buku itu bukan untuk dibaca, melainkan untuk membuktikan perkataan orang-orang yang mengatakan bahwa buku ini adalah buku kematian. Katanya, siapa saja yang melihat buku ini maka ia harus membelinya. Dan siapapun yang membelinya maka ia harus membacanya. Jika tidak, ia akan mati.
“Ini? Buku bersampul freak kayak gini mendatangkan kematian. Modus banget. Hahah ” Cakka melempar buku itu keluar jendela kamarnya
“Aaaaa….aaaa….dada gue sakit”
Bersambung….

The wings of the eagle [Part1.Enemy]

11 IPA3 adalah Kelas yang berisikan murid-murid berprestasi. Beberapa diantaranya adalah Cakka  yang telah 3 kali membawa nama baik sekolah pada kejuaraan olahraga badminton tingkat Provinsi (Mewakili SMA Garuda). Alvin, menjadi juara  olimpiade science dengan nilai tertinggi selama 2 kali dan juara 2 membuat artikel bertema "Cita Cinta dan Harapan" tingkat SMA se-kota Bandung. Julukannya adalah "King Of Science". Dea, Juara Taekwondo antar sekolah tingkat Kabupaten. Obiet, menjadi juara 1 bermain keyboard  tingkat kabupaten (mewakili sekolah) dan menjadi peserta terbaik pada olimpiade matematika karena telah berhasil menemukan rumus cepat dalam menemukan rumus phytagoras. Julukannya adalah "Master of mathematics". Ify, menjabat sebagai ketua vocal group di SMA GARUDA dan berhasil membawa piala setinggi 50 cm pada acara "Festival Sastra Bandung" . Dan masih banyak murid berprestasi lainnya.

Hari ini, 17 Mei 2012. Bertepatan pada hari ulang tahun OSIS SMA Garuda. Semua murid merayakannya dengan mengikuti beberapa perlombaan.
                                   
                                                Lomba pertama, lomba debat.
 
                                    Group 1           :           Obiet, Patton, Debo
                                    Group 2           :           Raiga, Angel, Dayat
                                    Group 3           :           Alvin, Rohan, Eldwin

 
GROUP  1 VERSUS GROUP  3

Tema Debat : Pengaruh Broken Home Terhadap Perkembangan Prestasi Pada Anak
 
Group 1 dan group 3 sudah duduk saling berhadapan dengan memasang wajah perang. Obiet sebagai juru bicara di group 1 dan Alvin sebagai juru bicara di group 3. Juri mengundi dengan menggunakan uang logam. Group 1 memilih angka, sedangkan group 3 memilih garuda. Dan yang tampak  adalah angka, artinya group 3 yang mendapat kesempatan pertama untuk mengemukakan pendapat.

"Pada umumnya anak yang berlatar belakang dari keluarga yang broken home tidak dapat menunjukan dan mengembangkan prestasinya, baik dalam bidang akademik ataupun non akademik. Dan kebanyakan anak yang broken home itu memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata iq anak-anak normal lainnya " Pendapat Alvin
 
"Tidak juga. Tidak semua anak yang broken home tidak mampu menunjukan prestasinya.  Anda salah besar.  Anda tahu Aurel? Buah pernikahan dari Anang dan Krisdayanti. Dia anak broken home, kedua orangtuanya menikah lagi. Namun ia mampu menunjukan prestasinya dalam bidang tarik suara" sanggah Obiet

"Hmmmm....Aurel adalah anak dari selebritis. Jelas banyak faktor pendorong dalam proses pengembangan prestasinya. Sedangkan anak-anak yang pada kenyataannya hanya orang biasa dan bukan keturunan dari kalangan selebritis, bagaimana ia menunjukan prestasinya hah? Sedangkan ia anak broken home. TIDAK PERNAH MENDAPATKAN PERHATIAN DARI IBU DAN AYAH" Balas Alvin yang membuat suasana semakin panas

"Anda pikir hanya Ibu dan Ayah saja yang dapat mempengaruhi dalam perkembangan prestasi pada anak? Masih banyak orang yang dapat membantu dalam pengembangan prestasi pada anak broken home bung!! Contohnya anda. Anda ditinggal oleh orangtua ke Singapore, dan kini anda dirawat dan dibimbing oleh Oma anda. Dalam kasus anda, Oma juga turut mempengaruhi perkembangan prestasi. Benar kan?"
 
Alvin mulai naik darah "Eh gue bukan anak broken home ya"
"Lantas apa namanya kalau bukan broken home ? Gue bicara tentang fakta. So? Loe merasa  risih? Munafik" Obiet tersenyum sinis
"Gue memang merasa risih. Apa maksud loe melibatkan keluarga gue dalam perdebatan ini?"
Seperti biasa, Obiet hanya menjawab dengan santai "Ini mulut gue dan hak gue. Disini kita bebas mengemukakan pendapat, begitu juga dengan gue dan loe. Selama itu tidak bertentangan dengan nilai dan norma"
 
***
 
Masih dalam Gedung yang sama, namun Ruangan yang berbeda,
 
Mama,,
Aku butuh cintamu
Aku butuh kasih sayangmu
Aku ingin kau disini
Temani hariku
 
Itulah sebait puisi yang dibacakan oleh remaja berparas cantik yang memiliki perawakan kurus. Ify, Saingan berat Cakka. Tentunya saingan dalam perlombaan membaca puisi dalam rangka peringatan hari ulangtahun OSIS.
 
"Selanjutnya, Cakka dari kelas 11 IPA3" ucap Bu Oki yang kini bertugas sebagai panitia. Cakka maju dengan membawa sehelai kertas dan membacakannya dengan penuh penghayatan.

Untuk Ibu Di Surga
 
Ibu,
Terlalu cepat tuhan memanggilmu
Terlalu singkat kau peluk aku
 
Ibu,
Andai kau tahu kisah hidupku
Kisah hidup  yang pahit tanpamu
 
Andai kau disini,
Kau pasti bangga padaku
Aku mampu menjadi orang yang tegar
 
Hanya satu permohonanku
Izinkan aku bersujud
Walau hanya ditelapak kakimu

“Ih. Drama banget” Gumam Ify yang sedang melihat penampilan Cakka dari bangku peserta
 
***
 
Semua perlombaan telah selesai dilaksanakan. Dan inilah moment yang dinantikan oleh semua siswa, terutama para finalist. "Pasti semua peserta merasa dag-dig-dug ya?  Langsung saja  ya kita umumkan para pemenangnya!! Juara 1 lomba membaca puisi diraih oleh....”
 
“Cakka Nuraga dari kelas 11 IPA3"
"YEEAH" PROK PROK PROK
"Juara 1 membuat cerpen di raih oleh Dea Christ Amanda dari kelas 11 IPA3"
PROK PROK PROK
"Dan terakhir, juara 1 lomba debat diraih juga oleh murid kelas 11 IPA3. Yaitu . . .”
"Group 1 yang dipimpin oleh Yohanes Baptista Obiet Panggrahito"

PROK. PROK. PROK

            "Bagi para pemenang, dipersilahkan naik ke atas panggung  untuk menerima piala dan piagam yang akan diberikan oleh Bu Ira"
 
 Dea, Obiet, dan Cakka berjalan untuk menerima piala dan piagam. Mereka berjalan dari arah yang berbeda. Ketika Cakka berjalan melewati Ify, ia menghentikan langkahnya dan menatap sinis kepada Ifa yang matanya berair. "Kenapa loe nangis? Loe sedih kan gara-gara kalah. Ya kan? Cengeng". Sedangkan Ify masih terus meneteskan airmatanya.
 
            "Makanya, jadi cewek jangan lebay!! Dandan aja dinomor satukan" Tambah Cakka yang berhasil membuat Ify semakin sedih. Cakka melanjutkan perjalanan menuju panggung untuk menerima piala dan piagam. 
 
Cakka, Dea, dan Obiet berdiri di atas panggung dan menerima piala dan piagam. Acara selesai. Semua murid dan guru dibubarkan.
 
***
 
Setelah perlombaan selesai, Obiet bergegas pulang karena ada perkumpulan anak skate. Ia berjalan menelusuri anak tangga dengan perasaan senang, karena ia telah meraih piala kemenangan. Seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
 
Obiet membalikan badannya,  "Loe?"
"Eh, loe jangan terlalu bangga atas piala yang loe raih itu"
"Loe sirik kan? Karena gue yang jadi winner dan loe jadi loser? Hah Cemen"
            "Rese loe" Alvin mengepalkan tangan kanannya. Kepalan tangannya hampir mendarat dipipi Obiet. Obiet hanya diam tanpa perlawanan dan terlihat pasrah sambil memejamkan mata. 
Dea datang dan berhasil mencegah kepalan tangan Alvin yang hampir mendarat dipipi Obiet.
 
"Ngapain loe ikut campur?”
"Gue tahu, loe melakukan ini karena loe kalah kan Vin? Haha"
"Sok tahu banget loe"
“Hah sok tahu? Gue memang tahu”
“Jadi cewek  tuh seharusnya lembut. Nah loe, cewek apaan!!!!!”
“Gue ini. Mau lembut atau kasar bukan urusan loe”
Dea dan Alvin terlibat dalam sebuah perdebatan yang pada dasarnya bukan masalah mereka. Obiet acuh, ia berniat untuk meninggalkan Dea dan Alvni. Ketika Obiet berbalik arah, ia  terjatuh karena tertabrak oleh badan dengan Cakka.
 "Kenapa mereka berdua?" Cakka heran
"Mana gue tahu, bukan urusan gue"
"Kenapa loe gak berusaha mendamaikan mereka sih?"
"Gak penting"
"Tapi mereka temen kita"
"Ya sudah. Loe mau jadi pahlawan?"
"Rese loe"
 
Suasana semakin kacau. Ternyata kehadiran Cakka bukannya mendamaikan suasana, malah menambah kekacauan. Cakka dan Obiet sibuk debat dan saling bentak. Sementara Dea dan Alvin masih tetap pada perdebatan yang tak jelas siapa yang diperdebatkan dan apa yang diperdebatkan.
 
teng teng teng
teng teng teng teng
teng teng
tengetengteng
teng
 
Saat perdebatan sedang ramai-ramainya, terdengar alunan piano dari Ruang Seni yang letaknya berada  di lantai 3. Perdebatan terhenti karena alunan piano tersebut.
 
"Alunan piano ini" Ujar Alvin
"Gak salah, ini alunan piano yang sering gue dengar setiap malam jum'at!!" Tambah Obiet
"Alunan piano ini yang selalu hadir dimimpi gue" Ujar Cakka
"Kalau gitu, kita pergi ke Ruang Seni aja!! Sekarang" Ajak Dea.
 
Alunan piano itu seakan menjadi pendamai sebuah perdebatan. Keempatnya sampai melupakan bahwa mereka sedang berdebat, yang ada difikiran mereka adalah siapa dan apa. Alvin, Obiet, dan Cakka menuruti saran Dea. Mereka berempat naik tangga dan berlari menuju lantai 3 tempat Ruang Seni.
 
***
Sesampainya di Ruang Seni...
 
"Mana?"
"Siapa?"
"Jangan-jangan setan yang memainkan pianonya" Tebak Dea
"Masa sih?" Cakka mulai heran
"Lagian disini sepi, cuma ada kita berempat  saja" Lanjut Alvin
"Entahlah" Ujar Obiet acuh
 
Mereka putus asa karena tidak menemukan pemain piano tersebut. Karena Sekolah sudah sepi, mereka pulang menuju Rumah masing-masing. Obiet pulang ditemani skateboardnya, Cakka mengendarai sepeda hitamnya, Dea berlari dengan sepatu rodanya, dan Alvin mengendarai mio putihnya. Mereka pulang dengan mengambil langkah  yang berbeda.
 
***
 
Sore hari di Jalan Raya,,,
 
Cuaca hari ini sangat panas dan kurang bersahabat. Tapi, demi sesuap nasi ia harus menguatkan diri untuk bertempur di arena ini. Sebuah tempat yang terdapat banyak kendaraan,  baik beroda dua ataupun empat. 
 
“Kak Cakka lama banget sih” Gumam Deva
“Mmmmhhhhh….sabar Dev sabar, orang sabar disayang oleh TUHAN YME” Lanjutnya sambil mengusap dada. 
 
Ketika Deva sedang duduk sambil menundukkan kepalanya, terdengar suara petikan gitar dari samping kirinya.
 
Jeng jreng jeng
Jreng jeng jeng
Jeng Jreng Jreng
Jreng Jeng Jeng

“Kak Cakka” Deva gembira
“Maaf ya Dev Kakak telat, tadi Kakak ganti baju dulu. Gak apa-apa kan?
“Gak kok, yang penting Kakak sudah tepat janji”
“Hari ini kamu akan membawakan lagu apa?”
“Apa ya….mmmmmmhhhhh”
“Bagaimana kalau misteri ilahi?”
                        “Boleh, yooo!!!!”. Kedua bersaudara itu berlari menuju salahsatu angkot yang sedang berhenti karena efek lampu merah.
 
Aku masih disini
Dengan hampa dihati
Hingga kini menghantui
Tentang arti hidup ini

Waktu terus berputar
Tanpa bisa menawar
Manisnya segala sanjung puji
Menjdi pahit caci maki
 
Segala yang terjadi dalam hidupku ini
Adalah sebuah misteri ilahi
Perih dan cobaan hanya ujian kehidupan
 
Lelah kaki melangkah
Tersesat tiada arah
Hingga kini menghantui
Tentang arti hidup ini
 
Lagu tersebut dinyanyikan oleh Deva yang diiringi petikan gitar Cakka. Mereka melakukan kegiatan itu di setiap angkutan kota yang sedang berhenti di stopan. Ketika Cakka dan Deva akan berpindah ke angkot lain, seorang wanita dari dalam taxi memanggil, “Hey!!!De kemari!!!!” Panggil wanita itu sambil melambaikan tangannya.
 
“Kami?”
“Ya kalian”
Cakka dan Deva menghampiri wanita itu, “Ada apa?”
“Tadi saya mendengar salahseorang diantara kalian bernyanyi. Siapakah pemilik suara lantang itu?”
“Itu suara Deva, adik saya!!!!!” Cakka tersenyum sambil merangkul Deva
“Apakah kamu bersedia untuk bergabung bersama saya? Ikut rekaman. Saya akan membesarkan nama kamu didunia music. Saya yakin setiap lagu yang dinyanyikan oleh kamu akan disenangi banyak orang”
“ Jika kamu berminat, ini kartu nama saya” wanita itu memberikan kartu namanya
“Ya terimakasih”
 
Lampu lalulintas yang semual berwarna merah telah berubah menjadi warna hijau. Taxi, angkot, dan kendaraan lainya berlalu. Langit mulai menghitam dan menumpahkan airnya diiringi suara petir yang menggelegar tanpa ada aba-aba  akan turun hujan. Keduanya berlari untuk berteduh dibawah fly over.
 
"Ucie Nurul”
“Siapa itu kak? Pacar kaka ya….???? Cieeee”
“Bukan. Kakak lagi membaca kartu nama yang diberikan oleh wanita tadi”
“Oh dia bernama Ucie Nurul?” Cakka mengangguk
“Ya. Eh Dev, lihat ini!!" Cakka menunjuk salahsatu tulisan pada kartu nama itu
 "Ternyata dia adalah produser di sebuah label music” Lanjutnya
“Wah keren..”
“Hmmm...ya hebat”
“Kak, kalau Deva ikut join bersama tante Ucie boleh tidak? Honornya kan lumayan”
“Mmhhhh gimana ya. Kakak kurang setuju”
“Lha kenapa?”
“Lebih baik kamu sekolah yang benar saja. Kalau sudah pintar dan jadi orang berhasil pasti kamu akan mudah mencari uang”
“Ya, Deva menuruti saran Kakak saja”
“Nah gitu dong. Itu baru adiknya Kakak yang paling ganteng”
“Ya lah, aku kan adik cowok satu-satunya”
“Oh ya Kak, kenapa kita mesti ngamen sih?" Lanjut Deva yang dijawab dengan senyum simpul oleh kakaknya
"Ayah kita menjabat sebagai direktur, tapi kok kita mesti ngamen sih untuk sesuap nasi?"
"Ayah memang direktur. Tapi semenjak menikah lagi, ia sudah tidak terlalu memperhatikan kita. Buktinya saja, kita tidak pernah diberi uang sepeserpun. Bahkan untuk makan pun tidak"
 
***
 
Malam hari, di Halaman Rumah Dea
 
Plak-pluk-plak-pluk.    Dea tak henti memukuli guling tinju miliknya. Ia selalu melakukan hal itu stiap malam. Teringat akan masa lalunya yang kelam. Ia memutar kembali memory pahit itu tepat tanggal 18 april 2005. Ia dan mamanya sedang menghadiri konser tunggal papanya. Papa Dean adalah seorang pemain drum nomor 2 tingkat dunia. Saat acara berlangsung, datanglah segerombol pria berpakaian serba hitam yang wajahnya ditutupi oleh kain berwarna hitam. Papa Dea ditusuk oleh salasatu pria berpakaian serba hitam itu. Pembunuhan itu terjadi tepat dihadapannya. Dea sangat terpukul dan sedikit trauma, apalagi ia sangat dekat dengan papanya. Sejak kejadian itu, mama Dea lebih sibuk bekerja mencari nafkah dibanding mengurus Dea di rumah. Matanya mulai memerah. Tangannya terus memukul guling tinju, dan matanya mulai mengluarkan air.
 
Tiiit, avanza coklat mendarat tepat di depan Gerbang Rumahnya. Turunlah seorang wanita cantik berkulit putih, lalu membuka Gerbang Rumah dan berjalan menuju Dea. Mobil avanza yang mengantarnya segera pergi.
 
"Mama diantar siapa?"
"Cuma temen kok"
"Oh. Ma, besok datang ya ke acara rapat di Sekolah!"
"Gak bisa sayang"
"Bukannya tadi shooting terakhir?"
                        "Ya. Tapi besok mama harus menjadi bintang tamu disebuah stasiun televisi"
"Oh" Dea memasang wajah kesal
"Mama ke dalam dulu ya!! Mau mandi. Dah sayaaang. Muach"

***
 
Malam hari, di Rumah Ify...
 
Ting tong, suara bel rumah memanggil. Bibik segera membukakan pintu, ternyata orang yang telah membunyikan bel adalah Pak Pos yana mengantarkan sebuah paket yang cukup besar. Bibik menandatangani kertas yang diberikan oleh Pak Pos, tandanya paket telah diterima oleh yang empunya Rumah. Setelah itu Pak Pos segera pergi karena masih banyak barang yang harus diantar. Bibik membawa paket itu ke dalam Rumah.
 
"Paket apa itu Bik?" Tanya Ify yang baru selesai mandi
"Tidak tahu. Feeling bibik mengatakan bahwa ini adalah paket bom"
"Ah Bibik bercanda saja. Memang paket untuk siapa?"
"Untuk.... ,, sebentar bibik lihat dulu"
"Emmh. Sepertinya paket ini salah alamat"
"Lha? Kok bisa? Kalau salah alamat, untuk apa tadi Bibik menandatangani kertas bukti terima barang"
"Oh Bibik kira Pak Pos tadi ngefans kepada Bibik. Hehe.  Disini ditulis to Alyssa Saufika Umari"
"Ih, itu untuk aku Bik"
"Oh itu nama panjangnya non ya?"
"Bukan nama panjang, tapi nama lengkap. Wlee :p”
“Ih non ngajak bercanda. Ini paketnya!!!!”. Bibik menyerahkan paket itu kepada Ify.
 
***
 
Kamar Ify
            
 "Oh ,,kiriman mami dari Amerika" Ify membuka sedikit demi sedikit paket tersebut.
Setelah dibuka ternyata isinya adalah jam tangan, gelang, dress, bando, bedak dan minyak wangi product Amerika.
 
***
 
Rumah Oma  Alvin,
 
Trilitrilit. Telefon rumah berbunyi. Oma beranjak dari kursi dan mengangkat telefon.
 
"Hallo" suara dari seberang telefon
"Ya. Dengan siapa?"
"Ini aku Ma"
"Oh kamu Fely. Kamu mencari Alvin?"
"Tidak. Saya hanya ingin meminta tolong untuk menyimpankan berlian saya saja. Disimpan seaman-amannya ya. Selamat malam"
Tuut. Tuut. Tuut. Telefon terputus.
"Segitu cueknya kamu terhadap Alvin. Padahal dia sangat butuh dukungan kamu. Yang kamu pikirkan hanya harta harta dan harta" Gumam Oma

***
 
Malah hari di Rumah Obiet,,
 
Obiet membuka pintu rumahnya pelan-pelan agar seisi rumah tak ada yang mengetahui kedatangannya. Ia berjalan perlahan-lahan. Kakinya terhenti didepan pintu kamar orangtuanya yang sedikit terbuka.
 
"OKE, KALAU MEMANG INGIN BERCERAI. TIDAK MASALAH!! AKU BAWA IEL DAN KAMU BAWA OBIET"
"HAH? OBIET? AKU TIDAK BUTUH ANAK BADUNG SEPERTI DIA. APA YANG BISA DIBANGGAKAN DARI ANAK BADUNG ITU?”
“POKOKNYA AKU IEL”
“AKU YANG MELAHIRKAN IEL. JADI IEL HAK AKU”
“KAMU TIDAK BISA SEENAKNYA. MENTANG-MENTANG KAMU YANG MELAHIRKAN RIEL. AKU YANG MENAFKAHINYA BELASAN TAHUN”
"POKOKNYA AKU IEL"
"KAMU OBIET"
"AKU IEL"
"AKU"
 
Obiet sangat sedih mendengar pertengkaran orangtuanya. Yang lebih menyedihkan lagi, ketika kedua orangtuanya tak ada yang mnginginkannya. Ia berusaha menahan tangis kemudian berlari menuju Kamar untuk menenangkan diri.
 
***
 
Kantin Sekolah, jam istirahat
 
Terlihat para murid yang sedang mengantri untuk jajan, dan ada juga yang sedang makan. Ada Cakka yang sedang makan lontong, dan ada juga Alvin yang sedang membaca buku biologinya. Datanglah Ify dengan penampilan yang bisa dibilang wow. 
 
"Misi dong, princess  mau duduk disini!!” Ify berusaha mengusir Cakka
"Princess Alyssa Saufika Umari, gue juga memiliki hak untuk duduk disini"
"Cakka Nuraga yang gantengnya luar binasa, pengamen tuh pantasnya makan di emperan toko gih!!"
"Suruh ikut les tuh mulut loe!!"
"Oh ya? Memang ada tempatnya? Kalau memang ada, gue bayar pake ringgit tuh guru lesnya"
"Oh atau perlu pake dollar, gue bayar tuh guru les"
Cakka menggebrak meja yang digunakannya. Ify semakin menantang dengan memelerkan matanya.
“Berisik loe” Alvin yang sedari tadi sibuk dengan buku biologinya ikut berbicara
“Apa loe? Ikut campur”
“Heeeeaaaaaaaahhhhhhhhh” Ify menggerakkan bibirnya pertanda meledek
”Gue keganggu oleh pertengkaran kalian. Asal kalian tahu ya, gue lagi belajar karena  gue terpilih ikut olimpiade biologi mewakili SMA GARUDA. Puas?" Jelas Alvin
“Helloo Alvin Jonathan. Bukan salah gue juga kali kalau berisik disini. Kalau mau sepi, belajar sana di Kuburan!!!!"
 
            "IFY" Teriak Dea dari jauh
Pertengkaran seolah mereda. Dea berlari menghampiri IfY dengan membawa sebotol minyak wangi berukuran kecil
 
"AWAAAS" Obiet yang sedang bermain skateboard tak sengaja menabrak Dea sampai botol minyak wangi yang dipegang Dean jatuh dan pecah
 
"Itu minyak wangi gue. Gue gak rela" Rengek Ify
"Biet, loe jangan main skateboard disini!!"
"Loe sih Dea. Coba kalau loe gak nyuri minyak wangi gue. Pasti minyak wanginya gak akan pecah"
"Seharusnya loe berterimakasih. Minyak wangi loe gue temukan di Toilet"
"Makanya jadi cewek  jangan ganjen. Ngapain bawa minyak wangi? Ini sekolah, bukan salon non !! Loe  juga Biet, bermain skateboard itu di Lapangan, bukan disini"
"Dan loe, Alvin Jonathan. Kalau merasa tereganggu, loe bisa pergi dari sini!!"
"Siapa loe?  Sok banget loe Biet, anak pemilik yayasan saja bukan. Apa hak loe nyuruh Alvin untuk pergi?"
"Cakka, ngapain loe ngebela gue? Gue gak butuh pengacara sok  seperti loe"
"Sorry gue gak membela loe, gue gak suka aja laganya Obiet yang sok banget. Jangan GR"
"Loe pikir loe sendiri gak sok apa?"
"Sok pengamen" Ify menatap sinis pada Cakka
"Dangkal banget pikiran loe semua" sindir Alvin
"Memang loe sendiri gak dangkal apa" sanggah Obiet
"Dangkal banget malah" Ify memasang senyum sinis
“Loe  juga dangkal Fy. Ke Sekolah bawa make up haha"
"Diam loe pencuri!!"
"Apa loe punya bukti kalo Dea udah nyuri minyak wangi punya loe? Hah?"
 
                        "ST00000OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOPPPPPP"
 
                        "Ibu benar-benar gak nyangka dengan sikap kalian berlima" Bu Winda (guru bk) yang baru saja datang merasa risih melihat kegaduhan yang dibuat Alvin, Cakka, Ify, Dea, dan Obiet. Kelimanya membisu dan tertunduk merasa bersalah.
 
"Kalian ini murid-murid berprestasi!! Sayap-sayap yang dimiliki SMA Garuda. Alvin, you are the best student. Obiet, you are the master of matematichs. Ify, you are the.leader of vocal group.  Cakka, you are atleet in the school, dan kamu Dea, ahli taekwondo. Kalian seharusnya menjadi panutan untuk teman-teman disini. Tapi apa? Kalian membuat keributan di tempat umum seperti ini" Bu WInda menghela nafas dan  berhasil mencuri perhatian pengunjung Kantin.
 
"Semua ini gak akan terjadi, kalau Cakka rela mengalah dari Ify" Ujar Alvin
"Salah Ify dong. Nyuruh gue pindah tempat duduk!! Gue kan yang pertama menduduki tempat ini" Cakka berusaha membela diri
"Dea juga bikin kacau, sudah memecahkan minyak wangi gue" Ify menggeruty
"Tapi itu semua gara-gara Obiet yang bermain skateboard disini, jadi dia nabrak gue dan minyak wangi loe pecah"
"Loe juga Vin, bikin ribut tahu. Belajar di Kantin, Marah-marahin Cakka dan Ify gara-gara loe merasa terganggu" Ujar Obiet
"Terus saja saling menyalahkan!! Kalian harusnya introspeksi diri dong!! Kalian sudah dewasa"  Bu Winda menengahi pembicaraan
"Maafkan kami Bu" mereka berlima tertunduk
"Ibu maafkan. Sekarang kalian berlima saling maaf memaafkan ayo!!!!"
Kelimanya hanya saling tatap.
“Ayo!!! Salaman!!!!!” seru Bu Winda. Kelima murid berprestasi itu bersalaman dan pergi meninggalkan Kantin menuju arah yang berbeda.
 
***
 
Kamar Deva
 
Deva berdiri dibalik jendela kamarnya dengan memasang wajah yang sendu. Seandainya saja kondisi ia sehat, ia pasti bisa ikut mengamen bersama Kakaknya. Hari ini Deva dilarang ikut mengamen dan sekolah oleh Kakaknya karena Deva terkena flue, efek dari kehujanan kemarin.
 
“DEVAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” Teriak seorang wanita dari Ruang tengah. Deva segera berlari menuju arah suara.
“Ini lihat!! Seragam Nova jadi kotor kan? Makanya kalau nyuci yang bersih dong" bentak Mety sambil melemparkan seragam itu kelantai
"Maafkan Deva Ma"
"Hah? Mama kamu bilang? Tante !! Panggil aku tante. Aku gak pernah  melahirkan kamu. Jadi jangan panggil aku dengan sebutan Mama. Camkan!!!!"
"I i ya tante !!"
"Kakak kamu kemana jam segini belum pulang? Cakka itu bisanya hanya keluyuran saja, sama seperti kamu"
 
***
 
Dalam Sebuah Ruangan yang cukup mewah..
 
3 buah piring dilemparkan oleh  Linzy (Mama Dea).
 
"AKU SUDAH TAHU!! KALAU KAMU SELINGKUH DENGAN SEKERTARIS KAMU” Bentak Lin
"KEMARIN DIA HANYA MENEMANI AKU MAKAN MALAM SAJA" Jawab Rafael
"CUT" Ucap Morgan  (Papa Obiet)
Erlin dan Farel kembali ketempat semula.
"Oke,, acting kalian berdua oke, saya suka" ucap Morgan
"Yoi boss!! Rafael gitu"
"Hahahaha ya ya, pokonya kalian yang serius ya"
"Tentunya Pak Boss!! Semoga saja sinetron kita bisa jadi urutan 1 dan mengalahkan sinetron Tersanjung atau Cinta Fitri hihih" ujar Lin
"Semoga saja. Oh ya, berhubung hari ini shooting kita memuaskan. Nanti malam kita semua makan-makan yo" ajak Morgan
"Yeah . . .ayo bos" Ucap semua crew

***
 
Ketika pulang Sekolah, di Parkiran
 
Terlihat 2 orang siswa yang sedang memperebutkan sebuah papan beroda 4
 
"Balikin gak skateboard gue!!"
"Enggak"
"Balikin"
"Enggak"
"Balikiin"
"Enggak"
                                                      "Baaaliiiik……………………….."  
 
Toeng. Skateboard yang menjadi rebutan Dea dan Obiet melambung dan mengenai kaca jazz milik Ify sampai pecah. Ify yang hendak pulang, merasa kesal atas kejadian itu. Ia menghampiri Obiet dan Dea sambil membawa skateboard Obiet yang telah mencelakai kaca jazznya.
 
"Heh!! Master. Puas loe sudah ngerusak kaca mobil gue?"
"Hai princess menor unyu-unyu. Salah gue apa?"
 
"Wooooooooooooooooooooooooooooooooooooi awas" teriak Cakka yang sedang menunggangi sepedanya dari jarak yang cukup jauh. Dea, Obi, dan Ify cengo melihat Cakka yang berteriak dari jauh
 
"Kenapa tuh orang?" Ify menatap sinis
"Yee mana gue tahu!!" Jawab Dea
"Memangnya Ify bertanya kepada loe ya?" Ujar Obiet
Ify menengahi pembicaraan mereka ,"Ih kalian gak penting banget sih!! Ini kaca jazz gue gimana urusannya?"
 
"MINGGIR LOE SEMUA!!" ucap Cakka yang jaraknya tinggal beberapa  2 meter dari mereka
 
Brugk, sepeda yang ditunggangi Cakka menabrak mereka bertiga sampai jatuh. Cakka pun ikut terjatuh, dan sepedanya tertimpa oleh mio milik Alvin.
 
"Sepeda gue" Cakka menggerutu
"Ih, loe pake nabrak gue segala" gumam Dea
"Iieah ,,wuuo. Kaki gue ini ah,, kejatuhan tong sampah. Gara-gara loe Kka" Ify berusaha mengangkat tong sampah yang menimpa kakinya
"Lagian, kalo gak bisa main sepeda. Diam saja!!" bentak Obiet
"Kan tadi gue sudah teriak dari jauh. Rem sepeda gue blong, tapi loe semua malah diam saja bukannya minggir. Mana sekarang sepeda gue rusak lagi kejatuhan motor Alvin"
Alvin yang hendak mengambil mio-nya kaget melihat adegan itu. Mionya tergeletak diatas sepeda Cakka.
"Siapa ni yang bertanggung jawab??" Alvin sewot
"Hmmmm" Ify mengarahkan dagunya ke Obiet sebagai sebuah isyarat
"Gara-gara Dea tahu" tuduh Obiet
Dea membela diri, "Ih kok gue?? Salah Cakka. Kan dia nabrak kita"
"Hah? Tahu ah. Itu nasib sepeda gue gimana?"
"Motor gua juga, spionnya jadi patah" Alvin sangat kesal
"Kaca mobil gue siapa yang mau tanggung jawab? Masa gue pulang dengan kaca mobil yang pecah"
"Kyah!! Roda skateboard gue patah"
"Memangnya kalian saja, lihat tangan gue berdarah. Mana sekarang ada pertandingan" gumam Dea

***
 
Hotel Rose...
 
Tempat ini sangat ramai dan mengasyikan. Semua crew dan para artis ikut hadir, termasuk Lin dan Rafael. Tenoneeeeeet, handphone Morgan yang sedang tergeletak diatas meja terus berdering, namun yang empunya sedang berada di Toilet. Lin melihat handphone Morgan yang terus berdering. Tanpa pikir panjang ia segera mengangkatnya.
 
                    "Hallo Pa,, lagi dimana? Kok belum pulang" Suara wanita dari seberang telefon
"Maaf pak Morgannya sedang di Toilet" jawab Lin
"Memang posisinya dimana?”
"Ini kami sedang berada di Hotel"
Tttut tuut tuut. Telepon terputus
 
***
 
Jalan sepi di Perumahan dekat rumah Dea
 
Malam yang suram, karena malam ini diisi oleh anak-anak suram. Tepat di Jl.cendana yang sepi dan gelap, terlihat segerombol pria bermotor. Alvin berada di tengah-tengah orang itu.
 
"Sepertinya malam ini sepi deh Vin!! Kagak bakalan ada lawan" ujar Karel
"Argh !! Padahal gue lagi ingin balapan"
"Ya sudahlah,, daripada disini cuma diam. Mending pulang" ajak Rohan

"Tunggu" teriak seorang remaja berjaket hitam dari arah kiri. Ternyata remaja berjaket hitam itu adalah Obiet. Musuh bebuyutannya di Sekolah.
"Ngapain loe kesini?”
"Kita balapan!!"
"Mio gue versus skateboard loe, gitu?"
"Ya"
"Memang sanggup?"
"Sanggup lah"

"Wah wah wah ,,ternyata Alvin the best student and Obiet the master of mathematics seneng balapan malam ya" ucap seorang remaja perempuan yang baru datang dengan sepatu rodanya
"Dea" Alvin heran
"Ya gue Dea, kenapa? Naksir?"
"Dih PD loe”
“Ngapain loe?" Obiet ikut heran
"Gue akan ikut tanding melawan kalian. Gue gak butuh taruhan pake uang. Tapi yang kalah harus  bersedia untuk disuruh-suruh oleh yang menang. Gimana?”
“Oke” Obiet dan Alvin menyanggupi tantangan Dea

to be continue...
Garut, 3 Oktober 2012