Kamis, 01 Agustus 2013

Cerita 8 part (2)

Sudah hampir 2 jam aku berada di Perpustakaan yang sepi ini. Di era globalisasi ini udah sangat berkurang minat para pembaca. Mereka lebih senang mancari informasi di internet dabanding buku. Tapi aku tidak, walaupun tekhnologi sudah maju dan berkembang pesat aku lebih senang membaca buku daripada internet. Buku bacaan di lemari bukuku cukup banyak. Mulai dari buku pengetahuan sampai buku yang hanya berisi karya tulis ada. Sepertinya aku akan meminjam buku ini, buku 'I Want to be My Self'  part 1, 3, dan 5. Aku mengahmipri Bapak penjaga perpustakaan untuk menuliskan buku yang aku pinjam sekaligus membuat kartu perpustakaan.

“Pak, saya ingin membuat kartu perpustakaan”
“Ya. Silahkan isi biodata kamu disini nak” jawabnya sambil memberikan selembar kertas putih kepadaku. Aku mengisi kertas tersebut seuai dengan identitas pada kartu pelajar.

“Ini pak!!!” ketika aku memberikan kertas itu, Bapak penjaga perpustakaan menatap mataku dan sepertinya ia ketakutan

“Pak aku pinjam 3 buku ini ya” lanjutku sambil memperlihatkan 3 buah buku yang akan aku pinjam. Bapak penjaga perpus terlihat semakin ketakutan setelah aku memperlihatkan buku itu.

“Bu…bu…bu…buku itu. Kamu dapat dari mana?” tanyanya gugup
“Bukunya tergeletak disamping lemari yang berisi buku sejarah pak”
“E…e….e….e…..ehmmmm ambil saja bukunya untuk kamu. Dan tolong jangan bawa lagi buku itu kemari”
“Yasudahlah pak. Kalo gitu saya pulang dulu ya, udah sore hehehehhe”
“Silahkan….” Aku keluar ruangan dan berjalan menuju gerbang. Tiba-tiba seorang memanggilku dari belakang sambil berlari.

***

“Obiet….Obieettt…Tunggu!!!”
Aku menengok ke belakang,”Eh bapak, bapak ada apa manggil saya?”
“Ini kartu perpustakaannya. Hampir saja lupa”
“Oh ya. Terimakasih pak”

Hampir saja aku lupa dengan kartu perpustakaan ini. Kalau aku lupa, aku harus mengeluarkan biaya double untuk bikin kartu perpustakaan baru. Jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 16.00. Aku menunggu ayah didepan gerbang, ayah akan menjemputku. Lagian kalau pulang sendiri, aku belum hafal jalan pulang. Sudah 30 menit aku menunggu Ayah di depan gerbang sekolahku, tapi ayah tak datang juga. Aku mencoba menghubungi ayah.

“Hallo ayah”
“Ya ada apa pangeran ayah?”
“Obiet masih di sekolah nih. Ayah masih dimana?”
“Maafkan ayah nak, Ayah gak bisa jemput kamu. Kamu naik taxi aja ya!!”
“Ya. Tapi alamat rumahnya dimana?”
“Bilang saja ke supir taxinya mau ke Perumahan Tirtha no.15A blok 3”
“Oh oke ayah. Ayah pulang jam berapa sekarang?”
“Sepertinya agak malam banget nak”
“Ya deh. Obiet tunggu di rumah ya!!Selamat bekerja ayah”
“Ya. Oh ya, kalo mau makan bikin saja mie rebus atau kamu boleh masak apa aja yang ada di kulkas. Jangan lupa makan!!!”
“Ya ayah. Terimakasih. Dadah ayah”
“Dadah pangeran ayah”

Tuuuuuuuutttttt

Beberapa menit kemudian sebuah taxi mendarat dihadapanku. Aku masuk kedalam taxi itu.

“Perumahan Tirtha no.15A blok 3 pak” ujarku
“Ya” Jawab supir taxi

***

Taxi melaju cukup kencang. Akhirnya aku sampai dirumahku pada pukul  17.30. Ternyata jarak rumahku dan sekolah cukup jauh, membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk perjalanan. Aku mengganti pakaian seragam dengan piama spiderman kesayanganku. Lalu aku membuka kulkas untuk mencari makanan, kutemukan 2 butir telur. Alhasil aku membuat nasi goreng yang cukup untuk dibagi  menjadi 2 piring bersama ayah.

***

Ayah P.0.V
Kasihan pangeranku,  dia pasti kesepian, mana dia belum punya teman lagi. Semoga dia baik-baik saja. Sepanjang jalan aku hanya memikirkan hartaku satu-satunya yang sedang sendirian di rumah. Apa sebaiknya aku hubungi saja ya.

“Hallo ayah” jawaban dari seberang telepon
“Kamu baik-baik saja nak?”
“Ya Obiet baik-baik ayah. Ayah dimana?”
“Ayah sedang diperjalanan pulang. Kamu sudah makan?”
“Belum ayah. Obiet mau menunggu Ayah, Obiet ingin makan bersama dengan ayah. Ayah cepat pulang ya, Obiet bikini nasi goreng pake telor kesukaan Ayah”
“Ya nak. Kalau begitu sudah dulu ya. Sampai bertemu dirumah”
“Yaa”

“a…a..Aawassssss” aku menabrak seorang perempuan berseragam putih abu



Aku menghentikan mobilku dan keluar mobil untuk memastikan keadaan anak itu. Untung saja ia hanya terjatuh biasa.

“Kamu tidak apa-apa?” tanyaku. Anak perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya
“Om antar pulang ya?” tanyaku kembali, dan anak perempuan itu mengangguk.

Kami memasuki mobil. Anak perempuan ini sangat cantik, kulitnya putih dan perawakannya tinggi. Sepanjang jalan ia hanya diam saja. Dan saat aku lihat lokasi yang tertempel padai bagian tangan seragamnya ternyata ia satu sekolah dengan pangeranku. Tiba-tiba mobilku mogok mendadak.

“Tunggu sebentar ya. Om mau melihat mesinnya dulu!!!”
Anak perempuan itu mengangguk

Aku turun dari mobil dan mencoba mengecek kondisi mesin mobilku. Ternyata tidak ada yang rusak. Aku kembali masuk kedalam mobil. Namun anak perempuan itu tiba-tiba menghilang. Padahal tempat ini sangat sepi dan tak ada kendaraan yang melintas. Aku sedikit ketakutan. Aku segera mengendarai mobilku kembali dengan cepat.

 Benar-benar misterius, baru saja hari pertama beraktivitas dikota ini sudah mengalami hal aneh.

***

Sesampainya dirumah…

Ting tong

Suara bel rumah berbunyi. Obiet sangat senang. Ia berlarian menuju pintu rumah. Ternyata memang benar, ayahnyalah yang telah membunyikan bel. Obiet segera mencium tangan Ayah dan membawakan tas milik ayah kedalam rumah.

“Ayah makan yuk!!!!”
“Ayo”
“Ganti baju dulu dong yah!!!”
“Oh ya, saking kangennya sama kamu ayah jadi lupa ganti baju hehe”
“Ayah bisa aja deh”


Ayah meninggalkan Obiet sebentar untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai mengganti pakaian ayah kembali ke meja makan untuk makan malam bersama pangerannya.

“Gimana yah? Pasti kebanyakan garam ya? Atau kurang garam?”
“Enggak kok. Udah pas. Enak” ayah mengacungkan jempol kanannya
Like this yo” lanjut ayah
“Ayah bisa saja”

Setelah selesai makan, ayah menonton televisi dan Obiet menemani ayahnya sambil mengerjakan PR Kimia yang diberikan oleh Bu Uci.. Pukul 22.00 Obiet dan ayah berpisah menuju ke kamar masing-masing. Obiet susah tidur, ia terus memikirkan dimana ia harus mendapatkan beberapa part dari buku 'I Want to be My Self'.  Terdengar suara orang berjalan dari balik pintu kamar Obiet, dan langkah itu semakin mendekat. Obiet pura-pura memejamkan mata sambil memeluk guling kesayangannya. Ternyata itu adalah ayah. Ayah menatap mata pangerannya yang sedang terpejam. Tangan kanannya mengusap kening buah hatinya dan menciumnya penuh kasih sayang.
‘Kamu tumbuh menjadi anak yang baik, walau tanpa sentuhan kasih dan belaian ibumu’ batin ayah

***
Kau dukung aku lagi lagi..lagi lagi
Tak bosan menungguku lagi..lagi lagi

Obiet segera melihat handphonenya yang berbunyi. Bunyi itu adalah bunyi alarm yang biasa berbunyi pada pukul  04.00.Obiet bangkit dari tempat tidurnnya dan segera mandi. Lalu mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah. Obiet akan membangunkan ayahnya, tetapi ayah sudah tidak ada di kamar.

“Ayah … ayah… ayaaaaahhh” panggil Obiet
“Ayah di dapur nak”

Obiet segera menyusul ayah kedapur, ternyata ayah sedang masak. Obiet duduk di kursi yang ada didapur.

“Ayah masak apa? Mau Obiet bantu?”
“Ayah masak nasi goreng special telur mata sapi untukmu”
“Sepertinya enak tuh”
“Ya pastinya”

Setelah ayah selesai masak, Obiet dan ayah sarapan pagi dulu sebelum melakukan aktivitas dihari ini. Kemudian pukul 06.00 Ayah mengantar Obiet ke sekolah sambil pergi ke kantor.

***
Perjalanan menuju sekolah,

“Ayah  ini buku siapa?” Tanya Obiet yang melihat buku itu tergeletak di atas jok mobil ayah
“Itu buku…kayaknya buku anak perempuan yang semalem ayah serempet deh”
‘Inikan buku yang aku cari, part 2 nya’ batin Obiet
“Bukunya pegang saja dulu sama kamu, Biet. Sepertinya pemilik buku itu satu sekolah dengan kamu”
“Ya. Nanti Obiet akan cari pemilik dari buku ini yah”
“Ya”
“Ayah Obiet boleh minta tolong gak?”
“Apa?”
“Tolong carikan buku yang seperti ini ya yah”
“Siap bos”

 ***

Cakka P.O.V

Lagi lagi datang kepagian. Tapi kalo gak kepagian gak akan dapet tebengan gratis dari kak Elang. Tapi gak apa-apa deh, yang datang pagikan anak rajin. Lagian gue kan Ketua Kelas, jadi harus jadi suri teladan buat temen-temen. Gue berjalan menuju kelas dengan rasa gembira. Sesampainya di kelas, gue kaget banget. Ada anak perempuan yang lagi duduk tegak sambil menundukkan kepalanya  dibangku tempat Obiet pertama kali masuk. Dan ironisnya gua kenal dengan anak perempuan itu. Gua berdiri disampingnya sambil menumpangkan kedua tangan diatas meja.

“Ify, loe gak pantes ada disini!! Loe mendingan keluar dari sini” gue ngusir dia dengan cara halus. Ify natap gue dengan mata sendu dan air mata yang berlinang.
“Tolong Fy please gue mohon sama loe” lanjut gue

Ify mengangguk dan memberikan sebuah buku kepada gue. Buku itu berjudul  'I Want to be My Self PART 4”' Ify keluar sambil berlari dan meninggalkan gue. Gue hanya bisa menghela nafas sambil megang dada. Gue memasukan buku yang diberikan Ify kedalam ransel. Gue simpen ransel di atas meja dan karena gak ada temen ngobrol gue memutuskan untuk merapikan bangku yang ada di kelas.

***

OBIET P.O.V

Hari ini aku sangat bahagia, karena telah mendapatkan part 2 dari buku 'I Want to be My Self'. Sepanjang perjalanan menuju sekolah aku sangat asik membaca buku itu. Ternyata tokoh anak perempuan yang ada di cerita ini berusaha mengembangkan hobi dan bakatnya. Ia adalah salahsatu siswi yang aktif disekolahnya. Dia adalah ketua team madding di sekolah, setiap bulan ia selalu memposting karya tulisnya berupa artikel. Dan para pembaca sangat senang dengan karya tulisnya. Guru mata pelajaran Bahasa.ndonesia mengajukannya untuk mengikuti lomba membuat esai tingkat Sekolah Menengah Pertama se-kota Bogor. Ia berharap mejadi pemenang dalam lomba itu, karena ia berfikir jika ia menjadi juara, ia akan membuat ibunya bangga dan mengizinkannya untuk meninggalkan dunia hiburan. Tetapi TUHAN YME berkehendak lain, ia sama sekali tidak menjadi juara pada perlombaan tersebut. Dan ia gagal untuk membuktikan bakatnya kepada sang Ibu.

Perjalananku ke sekolah masih tersisa beberapa menit lagi. Untung saja aku sudah memiliki part 3-nya jadi aku tidak perlu repot mencari-carI. Part 3 ini sangat memberikan motivasi kepada pembaca. Walaupun ia tidak jadi juara dan gagal membuktikan bakatnya kepada sang ibu ia tidak putus asa dan tidak merasa sedih. Ia sempat menyerah dan putus asa, tetapi ia berhasil bangkit lagi dan menghapus air mata. Dengan sekejap air matanya berubah menjadi tawa.

Aktivitas sebagai model dan bintang iklan tetap ia jalani walaupun hati kecil sangat menentang. Ia hanya ingin membuat ibunya bangga. Berbagai perlombaan karya tulis ia ikuti. Akhirnya di perlombaannya yang ke-50 kali ia berhasil menjadi juara 2 mengarang puisi se-pulau jawa. Walaupun hanya juara 2 ia tetap bangga, tapi apakah mungkin ia akan memberikan piala yang bertuliskan Juara 2 mengarang puisi se-pulau jawa kepada ibunya. Dan apakah dengan pencapaian prestasi itu ibunya akan mengizinkannya untuk meninggalkan dunia hiburan?

‘Ah sial. Bukunya habis. Padahal lagi seru. Kenapa mesti dipotong-potong dalam buku yang berbeda sih?’ batinku
“Biet udah sampe loh. Ayo turun!!! Ntar telat loh” ayah membuyarkan lamunanku
“Emh ya yah!!!!”

Sebelum turun aku mencium tangan ayah dulu.

“Jangan nakal ya!!!!” pesan ayah
“Oke”

 ***
Kelas 9B

Kelas 9B adalah kelas yang terkenal karena kedisiplinan para penghuninya. Kelas ini adalah satu-satunya kelas yang tidak pernah ribut walau tak ada guru. Dan kelas ini adalah sarangnya murid berprestasi. Ada Cakka sebagai ketua team basket, Oik ketua team Paduan Suara, dan masih banyak murid berprestasi lainnya. Sudah banyak warga kelas 9B didalam kelas, kebiasaan mereka ketika sedang belum ada guru bukanlah beribut ria melainkan membaca buku atau diskusi masalah pelajaran. Obiet yang baru saja sampai didepan pintu kelas menyangka sudah ada guru, karena kelas terdengar sepi dan pintu ditutup. Padahal masih jam 06.30.

“Aku yang kesiangan atau guru yang kepagian ya?” gumam Obiet dari balik pintu kelas

Obiet membuka pintu kelas dengan hati-hati. Dan ternyata belum ada guru. Obiet kagum melihat sifat teman-temannya yang sangat disiplin dan menghargai waktu. Obiet berjalan menuju bangkunya dan menyimpan tas.

“Belum ada guru ya Cak?”
“Belum”


“Cak, kamu tahu gak buku ini punya siapa?” Obiet memperlihatkan buku 'I Want to be My Self part2'. Cakka kaget melihat buku yang diperlihatkan Obiet.
“Kenapa?”
“Dari mana loe dapet buku itu?”
“Semalam ada anak perempuan yang ninggalin buku ini dimobil ayah. Kata ayahku sih anak perempuan itu sekolah disini juga, sepertinya sih seumuran kita” jelas Obiet
“Aku gak tau” jawab Cakka singkat
“Oh ya sudah, biar aku saja yang nyimpen buku ini. Lagian aku suka buku ini Cak. Aku sudah punya beberapa part. Dapetnya juga gratis hehe”
“Hah? Kamu megamg part berapa aja?”
“Sebentar ya!!!” Obiet megambil buku koleksinya dari dalam tas
“Nih!!!” lanjut Obiet sambil memperlihatkan buku 'I Want to be My Self ' part1, 2, 3, 5, 8
“Banyak banget!!! Dapet dari mana?”
“Kalo yang part 1, 3, 5 aku dapat dari perpus tadinya mau aku pinjam, tapi bapak penjaga perpus malah memberikannya padaku. Kalo yang part 2 bukan punyaku tapi punya anak perempuan yang semalem ditebengin mobil ayah, nah kalo part 8 aku nemu dari laci meja”

“Laci meja mana?”
“Itu laci meja yang katanya Oik pernah ada yang meinggal” ujarnya polos
“Terus loe mau nyari part sisanya, gitu?”
“Tentunya”
“Kalau gak dapet gimana?”
“Pokoknya aku gak akan nyerah. Seperti apa yang dilakukan tokoh dalam cerpen ini, walaupun gagal dalam lomba karya tulis ia tetap berusaha. Begitu juga dengan aku. Meski tak menemukan sisa dari part ini aku akan terus mencari. Dimana ada keinginan pasti ada jalan. Aku yakin”
“Loe kayak udah kepelet sama buku itu”
“Mungkin”

Disela-sela percakapan mereka, tiba-tiba seorang membuka pintu dan masuk kelas.

“Selamat pagi. Bapak dapat kabar bahwa Bu Ira sedang di perjalanan menuju kemari. Mungkin ia agak telat. Bu Ira memberi kalian tugas untuk mengerjakan Matematika hal 46” Jelas guru piket


Expressi murid kelas 9b tidak seperti expressi murid biasanya yang akan bersorak ketika mendapat kabar seperti itu. Setelah guru piket meninggalkan kelas, semua murid mengambil buku dan mengerjakan tugas yang diberikan.

“Cakka, aku izin keluar kelas dulu ya!!!!”
“Kemana Biet?”
“Ehm …e… ya pokoknya aku izin aja keluar kelas kalau ada guru, sms aku ya”

Obiet keluar dari kelas dan berlari menuju suatu tempat. Tak lama setelah Obiet meninggalkan kelas, bu Ira datang dan pelajaran dimulai. Sudah beberapa kali Cakka menelepon Obiet, tetapi Obiet tidak mengangkat telepon dari Cakka. Cakka semakin cemas.

“Cakka, kemana teman sebelah kamu?” Tanya bu Ira
“Obiet sedang izin ke toilet bu” jawab Cakka berbohong
“Oh ya sudah. Tugas dari ibu udah selesai?”
“Sudah bu” jawab muriad 9B serempak”
“Cakka bantu ibu untung mengumpulkan tugas teman-temanmu!!!!”

“Baik bu!!!”

Cakka bangkit dari tempat duduk dan mengambil buku catatan teman-temannya. Perasaannya semakin tidak karuan, Obiet obiet obiet da Obiet yang ada dipikirannya saat ini. Bel pelajaran kedua telah berbunyi. Pelajaran Bu Ira telah selesai dan digantikan oleh pelajaran yang dibimbing oleh Bu Winda. Padahal tinggal 30 menit lagi bel istirahat berbunyi, tapi Obiet belum juga kembali.

‘Seandainya gue gak izinin Obiet keluar’ batin Cakka

Teeeeettttt

15 menit berlalu dan bel istirahat telah berbunyi. Cakka berniat mencari Obiet, karena sedari tadi hatinya terus gelisah memikirkan teman sebangkunya yang tiba-tiba menghilang. Apalagi Obiet adalah siswa baru yang belum tahu apa-apa tentang sekolah barunya.


Siapakah Ify?
Mengapa Cakka tidak senang melihat Ify yang masuk di kelas 9B?
Apakah Ify ada hubungannya dengan buku tersebut?
Kemanakah Obiet pergi dan menghilang?
Apakah Cakka akan berhasil menemukan Obiet?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar