Rabu, 24 Juli 2013

Cerita 8 part (I)

Aku adalah seorang anak laki-laki yang baru beranjak remaja. Usiaku masih muda. Hari ini usiaku bertambah satu tahun. Tahun kemarin usiaku adalah 13 tahun, berarti sekarang usiaku genap 14 tahun. Memang tak terasa, waktu memang sangat cepat bergulir. TUHAN YME telah memberikan begitu bayak kebahagian untukku, walaupun tanpa kehadiran seorang Ibu. Ibu  telah meninggalkanku dan ayah ketika aku berusia 2 tahun. Ibu pergi membawa kembaranku. Dan aku tak tahu wajah ibuku seperti apa, karena semua poto ibu sudah ayah bakar. Katanya sih untuk melupakan semua yang telah terjadi. Dan setahuku, ibu pergi meninggalkan ayah karena  kehadiran pria lain yang lebih kaya. Memang pada saat itu kondisi keuangan keluarga kami sangat sulit dan jatuh miskin, kemudian ayah bekerja sebagai tukang becak. Penghasilan ayah tak seberapa, mungkin hanya cukup untuk makan saja. Nenek merasa iba melihat kondisi keluarga kami. Nenek membawa ibu pulang untuk dijodohkan kepada putera pengusaha yang tak lain adalah putera dari temannya kakek. Dan ironisnya ibu tak menolak, dengan syarat ia akan membawa kembaranku. Pihak dari keluarga ibu setuju dan akhirnya ibu pergi meninggalkan aku dan ayah. Ya sepertinya itu jalan terbaik untuk ibu dan kembaranku. Tapi tak lama kemudian ayah bangkit dan melakukan bisnis dengan teman-temannya. Walaupun hanya bisnis kecil-kecilan, tapi kini bisnis ayah sudah maju pesat. Hingga ayah mampu menyekolahkanku disalahsatu sekolah termahal di kota ini. Itulah sepenggal biografiku, walaupun yang sebagiannya adalah cerita tambahan yang disampaikan oleh ayah.

“Selamat ulang tahun pangeran ayah” Ayah mengacak-ngacak rambutku ketika aku sedang sarapan
“Ih ayah. Rambut aku kan baru dirapikan pake gel. Jadi gak rapi kan!!!!” Aku sedikit marah sambil merengek kecil
“Kamu ini laki-laki loh, Biet. Kok cengeng sih ah. Kayak cewek saja!!” ledek ayah
“Ya deh ya. Ayah the best deh pokoknya” pujiku padanya agar ia tidak meledekku terus
“Kacamatamu sudah bulat, tebel lagi" lanjutnya
“Obiet marah nih kalau Ayah meledek terus”
“Denger dulu pangerannya Ayah. Maksud Ayah, Ayah ingin mengajakmu untuk mengobati matamu ke dokter. Agar kamu gak ribet pake kacamata”
“Gak. Obiet gak mau!!!”
“Loh kenapa?”
“Gak mau aja!!!!!!”
“Ya sudah terserah kamu saja deh, Ayah gak akan maksa. Sarapannya habiskan, ayah tunggu dimobi ya!! Jangan lama-lama  ya, hari ini kan hari pertama kamu sekolah!!!!” Ayah meninggalkanku sendiri

‘Obiet juga tahu tujuan Ayah mengobati mata obiet untuk apa. Agar obiet tak memakai kacamata kuno ini lagi kan? Tapi Obiet ingin jadi diri Obiet sendiri, dengan kacamata bulat tebal, rambut basah karena gel, baju seragam dimasukan, celana diatas lutut, kaos kaki panjang, dan tas gendong. Obiet gak mau jadi oranglain, biarkan Obiet menjadi apa yang Obiet inginkan selama itu masih sesuai dengan norma-norma yang berlaku’ batinku

***

Setelah selesai sarapan aku menghampiri Ayah dan segera masuk kedalam mobil. Kami pergi dan meninggalkan rumah pada pukul 06.00.

***
Sesampainya di Sekolah baruku,

Ayah mengantarku ke Ruang Kepala Sekolah. Ketika aku sedang berjalan, banyak sekali siswa yang melihatku. Mungkin penampilanku terlihat aneh di lingkungan baruku ini. Sesampainya di Ruang Kepala Sekolah, ayah berbincang-bincang sebentar dengan Bapak Kepala Sekolah dan Ibu guru yang akan menjadi wali kelasku di kelas 9B. Setelah selesai, ayah segera meninggalkanku karena ada rapat di Kantor. Pukul 07.00 bel masuk kelas berbunyi. Aku dan wali kelasku berjalan menuju kelas. Sesampainya di kelas baruku, aku melihat banyak teman-teman yang sedang duduk dibangku mereka masing-masing dengan rapi. Seisi kelas melihatku dengan tatapan yang cukup berbeda.

“Ayo perkenalkan nama kamu!!!”  pinta wali kelas
“Namaku Yohanes Batista Obiet Panggrahito. Kalain bisa panggil saya Obiet. Terimakasih”
“Oke, Obiet kamu boleh duduk dibangku yang kosong!!!”

Pandanganku tertuju pada dua bangku kosong. Yang petama di baris ke 3 pojok kanan dan yang satu lagi di belakang bagian pojok kiri. Aku lebih memilih di bangku ketiga.  Aku duduk dikursi tersebut sendirian. Di depan bangkuku ada dua orang anak perempuan, dan dibelakang bangkuku ada dua orang anak laki-laki. Salahsatu perempuan yang duduk didepanku membalikkan badannya kebelakang dan  berbicara pelan padaku.

“Sebaiknya loe pindah tempat duduk deh!! Di bangku yang loe duduki ini pernah ada yang meninggal” ucap wanita itu
“Masa sih?”
“Beneran. Ya aku kasih tahu aja, takutnya terjadi hal yang ……”
“Apa?”
“Lain kali saja aku ceritakan” anak perempuan itu kembali pada posisinya semula. Setelah mendengar pernyataan dari wanita tadi aku jadi sedikit merinding. Kakiku mulai gemetaran, kedua tanganku aku masukkan kedalam laci meja agar tidak terlalu kelihatan bahwa aku sedang ketakutan.

“Aw”. Tanganku menyentuh suatu benda padat berbentuk persegi. 'sepertinya buku'. Ku ambil buku itu dan kusimpan dipangkuanku
“Ternyata bukan buku biasa” ku tatap cover dari buku ini yang berjudul 'I Want to be My self' dan dipojok kiri bawah ada tulisan part8. Aneh, mengapa hanya ada 1 part saja, apa mungkin part sebelumnya berada dibuku yang berbeda.

Bukunya terlihat masih bagus, namun terasa dingin. Mungkin karena pengaruh udara dalam laci meja saja. Tapi tetap saja ada rasa takut. Aku semakin penasaran dengan buku ini. Ketika aku akan membuka halaman pertama, bel istirahat berbunyi. Teman-teman sekelasku keluar kelas semuanya, mungkin mau ke kantin atau entahlah. Dikelas hanya ada aku dan teman sekelasku yang sedang duduk di bangku depan tepatnya berhadapan dengan meja guru. Aku belum tahu namanya siapa, tapi setahuku dia adalah Ketua Kelas di 9B. Ia Nampak bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arahku. Aku segera memasukkan buku yang baru saja ku temukan tadi  kedalam tas. Karena aku berfikiran, jika ia tahu bahwa aku telah menemukan buku ini  dalam laci meja, pasti ia akan menghubungkannya dengan hal mistis atau apapun yang berhubungan dengan anak perempuan yang pernah meninggal dibangku tempatku sekarang.

“Loe enggak ke kantin?” Tanya anak laki-laki yang kini telah duduk disampingku
“Aku bawa bekal dari rumah” jawabku singkat
“Kenalkan gue Cakka” ia mengulurkan tangannya padaku dan kami bersalaman
“Kamu gak takut duduk dibangku sebelahku?”
“Lah kenapa harus takut?”
“Di bangku ini kan pernahhhh ada yang ……..”
“Biet sepertinya lebih asik berbincang-bincang diluar saja. Ayo!!!!!”

***

Kami keluar kelas dan duduk di kursi kosong dekat lapang. Aku semakin merasa aneh, mengapa ketika aku akan membicarakan tentang bangku itu Cakka malah mengajakku keluar. Apa memang cerita itu benar?

“Mmmmmhhh biet sebaiknya kamu jangan duduk dibangku itu”
“Kenapa?”
“Ehmmmm …mmmhhh…ya.. loe duduk sama gueaja!!!" ajaknya. Aku menoleh padanya
"Lagian gue duduk sendiri dan gak ada temen” jawabnya sedikit gugup
“Hmmm bagaimana ya Cak? Aku pikir-pikir dulu ya”
“Ah loe kelamaan. Duduk didepan itu enak tahu, jadi ngelihat papan tulisnya lebih jelas”
“Emangnya kamu gak malu duduk sama aku?”
“Kenapa mesti malu segala?”
“Aku kan culun dan sedikit aneh”
“Hmm memang. Tapi itu menurut loe, menurutku gue enggak tuh”
“Ia deh aku duduk sama kamu”
“Nah gitu dong!!! Ya sudah kita balik lagi ke kelas yuk sekalian pindahin tas loe”
“Ya”

***

Tetap, masih ada yang mengganjal. Sepertinya ada yang disembunyikan oleh Cakka. Apa jangan-jangan memang benar kalau dibangku tempatku tadi pernah ada yang meninggal? Tapi, biarlah. Itu bukan urusanku. Cakka keluar dulu sebentar, katanya mau ke Toilet. Untung saja aku tidak dikelas sendirian. Sudah ada sekitar 10 orang deh yang bersamaku dikelas. Dari pintu masuk terlihat 4 orang anak perempuan yang sedang berjalan ke arahku. Masih teman sekelas juga, salahsatunya adalah anak perempuan yang tadi menyuruhku pindah tempat duduk.

“Ternyata penampilan dan kelakuan sama-sama CULUN” bentak salahsatu anak perempuan yang berhasil mendarat ditelinga kananku. Aku tak sanggup untuk melawannya. Aku hanya terunduk ketakutan.

“OIK BERHENTI” teriak Cakka dari arah pintu kelas
‘Jadi perempuan ini bernama Oik’ batinku
“Loe kenapa sih hobi banget ngerjain anak baru? Oke gua tahu, bokap loe penyumbang dana terbesar di yayasan ini. Tapi loe gak berhak ngehina ataupun ngerjain siswa sini”
Sorry Cakka Kawekas Nuraga. Gua Cuma lagi ngetes mental si culun ini. Gua sengaja ngarang cerita tentang anak perempuan yang meninggal dibangkunya tadi. Dan dia ketakutan lalu pindah tempat duduk disebelah loe. CETEK banget otaknya”
“Heh, Obiet duduk disini karena ajakan gue. Bukan karena ketakutan gara-gara cerita gak masuk akal yang loe buat”
“Oyaaaaahhh?”

Pertengkaran terus berlangsung. Aku tak dapat melerai, aku tidak memiliki keberanian untuk melerai mereka, teman-teman yang lain malah acuh saja. Dan akhirnya bel masuk kelas yang dapat melerai mereka dan mengembalikan  mereka ke tempat duduk masing-masing. Aku merasa bersalah kepada mereka berdua, mereka bertengkar karenaku. Baru saja hari pertama sekolah, aku sudah membuat kekacauan. Dan aku cukup lega setelah mengetahui bahwa cerita itu hanya rekayasa Oik saja, itu berarti buku yang tadi aku temukan tidak berkaitan dengan hal-hal ghaib.

***

Sepulang sekolah aku mampir dulu ke perpustakaan untuk meminjam buku bacaan. Tapi sebelum mencari buku bacaan, aku berniat untuk membaca dulu buku yang tadi aku temukan dilaci meja. Buku yang ber judul  “I Want to be My Self”  terdiri dari 200 halaman, namun yang tergores tinta hanya sampai halaman 88 saja. Kesannya memang agak aneh sih. Aku baca halaman pertama, tapi rasanya kurang pas jika tidak membaca dari awal. Aku tunda saja dulu niat membaca buku itu, dan aku beranjak dari bangku perpustakaan untuk menelusuri dan mencari buku bacaan lain yang lebih menarik.Ketika mataku sedang licah mencari mangsa untuk ku baca, aku meiihat 3 buah buku bacaan tergeletak disamping lemari yang berisi buku sejarah. Aku ambil ketiga buku itu, setelah kulihat ternyata

Ini dia buku yang aku cari”

Ternyata 3 buku itu adalah buku berjudul “I Want to be My Self  part 1, part 3, dan Part 5. Partnya ganjil semua, tapi tak masalah.

Aku mulai membaca part 1. Ternyata isinya adalah perjalanan hidup seorang anak perempuan yang terlahir dari keluarga kaya. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Ia adalah anak tunggal. Wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang tinggi menuntunnya berkarir di dunia hiburan sebagai penyanyi dan bintang iklan. Tapi anak perempuan dalam cerita ini tidak menyukai  kegiatannya itu. Karena ia merasa banyak waktu yang terbuang karena kegiatan tersebut. Ia ingin menghentikan aktivitasnya didalam dunia hiburan, tapi sang ibu melarang karena pada saat itu kondisi perekonomian keluarga sedang kacau. Perusahaan sang ayah bangkrut karena kebakaran. Sang ayah frustasi dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Sejak saat itu sang ibu menjadikan anak perempuannya sebagai tulang punggung. Anak perempuan itu tetap pada karirnya sebagai penyanyi dan bintang iklan, walaupun itu bukan keinginannya. Semua itu karena paksaan dari sang ibu, dan keinginan terbesar sang anak adalah ingin menjadi sebaga penulis terkenal yang sukses.  Ia akan membuktikan bahwa menjadi penulis akan membuat ibunya bangga, walau penghasilan yang didapat tak seberapa dibandingkan pekerjaannya didunia hiburan

Isi ceritanya sangat menarik, aku semakin penasaran. Apa yang akan dilakukan oleh anak perempuan itu untuk membuktikan kemampuannya dalam menulis kepada ibunya? Apakah ia akan meninggalkan dunia hiburan dengan cara nekad atau sebagainya? Mungkin buku ini akan memberikanku beberapa motivasi dan pelajaran untukku. Aku baru mendapatkan beberapa part saja.  Dan dimanakah aku harus mencari part 2, part 4, part 6 dan part 7nya?





To be Continue ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar