Minggu, 11 Desember 2011

3 CINTA MILIK KITA (PART3)

Ada sesuatu yang berbeda dari kue itu. Rasa kue itu mengingatkan Obiet akan sesuatu yang selama ini telah ia lupakan. Entah, apa sesuatu itu. Aroma dan kelezatan dari kue itu membuat Obiet meneteskan air matanya

‘kenapa gue nangis ya’ batin Obiet

“Obiet… kok diam?” Tanya Tria
“Enggak”

Obiet melihat jam tangannya.

“Emmh Tria aku kerja dulu ya!!!! Nanti dimarahi. Dan jualan terus disini ya, biar aku bisa beli kue mu!!!”

“Ya. Selamat kerja biet. Jangan ceroboh!!!”
“Oke”

Mereka pun berpisah ditempat itu. Tria kembali melanjutkan kegiatan semula, yaitu berjualan kue. Hari Ini kue yang tersisa tinggal setengahnya. Karena yang setengahnya terjatuh dan diganti oleh Obiet. Tria keluar meninggalkan Rumah Sakit dan berjualan di jalanan

“Kue kue !!!!!!!!” Teriaknya dibawah terik matahari
“Kue mbak!!!!!!” Panggil seoramg pria yang sedang duduk di trotoar jalan
Tria menghampiri kearah suara,”Silahkan mas mau kue apa?” sambil menyodorkan dagangannya
“Aku mau kue……………………” sang pembeli tiba-tiba diam
“Kue yang mana mas?”
‘Kue ini terlihat cantik seperti penjualnya.Kuenya berbeda dengan kue-kue lain. Ini seperti kua-kue yang suka dibeli orang kaya. Pasti harganya mahal’ batin si pembeli
“Mas jadi gak beli kue nya?”
“Emmmmm. Harganya berapa ya?”
“Semuanya seribu”
“Murah amat mbak?padahalkan kuenya bagus!!!”
“Hmmmm. Mas mau beli gak? Kalo enggak, saya mau berkeliling lagi”
“Ia deh saya beli tiga”
“Rasa apa?”
“Yang paling enak rasa apa ya mbak?”
“Semua enak. Tapi buat mas, saya kasih kue rasa strowberi,coklat,dan pisang coklat. Satulagi, rasa nangka”
“Lho? Saya beli tiga, kok malah ngasih empat”
“Bonus mas. Sebagai pembeli pertama heeeeeee”
“Makasih deh ya”
“Ia. Eh mas ini pengusaha muda ya?”
“hah? Mbak ini ngajak bercanda!!! Saya pengamen jalanan mbak, liat saja penampilan saya!!!”
“Saya tidak bisa lihat”
“Oups maaf!!!!”
“Gak apa-apa kok mas. Eh mas namanya siapa?”
“Saya cakka. Mbak?”
“Tria. Salam kenal ya!!!”
“Ia. Mbak, gimana sebagai salam perkenalan saya nyanyiin sebuah lagu buat mbak, tapi mbak juga ikutan nyanyi”
“Boleh, kebetulan saya suka nyanyi”
Ketika Cakka akan memetik gitar,”Nyanyi lagu apa ya mbak?”
“heeee. Apa ya? Kalo lagu pandangan pertama gimana?”
“Boleh boleh”

Sing*

 lama ku memendam rasa di dada
mengagumi indahmu walau jelita
tak dapat lagi ku ucap hati
bisaku diam terpesona

dan andai suatu hari kau jadi milikku
tak akan ku lepas dirimu oh kasih
dan bila waktu mengijinkanku untuk
menunggu dirimu

reff:
ku rasa ku tlah jatuh cinta
pada pandangan yang pertama
sulit bagiku untuk bisa
berhenti mengagumi dirinya

seiring dengan berjalannya waktu
akhirnya kita berdua bertemu
oh diriku tersipu malu
melihat sikapmu yang lucu


reff2:
oh tuhan tolonglah diriku
tuk membuatnya menjadi milikku
sayangku, kasihku, oh cintaku
she's all that i need

dan bila kita bersama
kan ku jaga dirimu untuk selamanya
oh terima cintaku, huuu, yeah


Mereka berdua keasyikan bernyanyi sampai tak sadar matahari hamper tenggelam.

“Ya ampun. Keasikan nyanyi jadi lupa diri”
“Aduh mbak, maafin saya ya!! Kuenya jadi gak terjual deh”
“Gak apa-apa kok mas. Saya sangat terhibur oleh mas. Kalo gitu saya pulang ya, kasihan ibu sudah nunggu di rumah”
“Saya antar ya!!!!”
“Hmmmmm….takut ngerepotin”
“Ayooo!!!!”

Cakka mengantar Triani pulang sampai depan rumahnya.

“Masuk dulu mas!!!” ajak Tria
“Enggak deh, ayahku juga takut cemas. Maaf ya”
“Terimakasih udah nganter aku mas Cakka”
“Sama-sama mbak. Lain kali kita berjumpa dan nyanyi bersama ya!!!”
“Ia”

Tria masuk kedalam Rumahnya yang hanya sepetak. Sedangkan Cakka melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah perjalanan, ia merasakan pusing lagi dibagian kepalanya. Badannya mulai lemas, dan

BRAK

Cakka pingsan ditempat itu, tempat yang cukup sepi dan jarang dilewati pengendara. Untungnya malam itu, Obiet melewati jalan itu karena baginya itu adalah jalan pintas agar terhindar dari kemcetan. Ia menghentikan mobilnya dan turun untuk menolong Cakka. Untungnya Obiet membawa peralatan kedokterannya. Ia memeriksa detak jantung Cakka

“hmmm. Normal”

Cakka membuka matanya perlahan-lahan. Dan Obiet baru sadar, kalo pria ini yang kemarin tertabrak Debo

“Kakakakakakkakaaaaaammmmu?” ucap Obiet gugup
“Kamu siapa? Makasih udah nolong aku!!!” Tanya Cakka memecah kegagapan Obiet
“Aku Dr.Yohanes Batista Obiet Panggrahito. Panggil aja Obiet”
“Pak Dokter yaa?”
“Jangan pake bapak. Aku terlalu muda untuk sebutan itu!!! Heeeeeee”
“Ya, aku paggil kamu kakak dokter aja.Heeee”
“Kalo gitu, aku panggil kamu apa dong? Apa ya? Mmmmmhh, ade gitar aja bagaiman? Kamu kan bawa-bawa gitar”
“Jangan jangan!!! Masa aku disamain kayak benda mati. Gak gak gak” bantah Cakka
“Kalo gitu apa?”
“Panggil aku Cakka”
“Ia. Cakka!!!”
“Hmmmm, kak dokter kayaknya aku mau pulang duluan ya!!1Takut aku dicari ayah,ayahku cepat khawatir orangnya”
“Rumahmu dimana?”
“Cukup dekat dari sini. Belakang perumahan “KARTIKA”
“Lha? Aku tinggal di perumahan “KARTIKA” cak”
“Ia? Kalo aku di belakangnya. Yah perumahan kumuh gitu”
“Eh kok gitu sih? Daripada gak punya rumah. Bareng aja ya?”
“Naik mobil kakak dokter?”
“Ia”
“Nanti mobilnya kotor lagi kalo dinaiki aku. Heeee”
“Kamu ah!!!! Ayo naik!!!”

Akhirnya Cakka dan Obiet saling kenal, dan mulai akrab satusama lain. Sesampainya di depan rumah cakka.

“Kakak dokter udah disini aja!!!!Rumahku yang itu”
“Oh ia. Hati-hati ya!!!”
“Ia. Terimakasih sebelumnya”

Setelah Cakka turun dari mobil, Obiet melanjutkan perjalanan pulang. Hari ini ia mendapat 2 teman baru, sekaligus pelajaran baru. Hari ini, ia berekenalan dengan seoranng pedagang kue dan pengamen jalanan. Untuk itu ia merasa bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh tuhan. Jadi dokter memang bukan keinginannya, semua itu karena paksaan dari kedua orangtuanya. Sesampainya dirumah, ia melihat sekaligus mendengar sesuatu yang tidak pernah ia lihat dan dengar sebelumnya.

“Apa itu pa. Obiet bukannya jadi dokter, malah nyanyi sambil nari-nari kayak gitu” bentak Agni sambil melihat televisi yang menampilkan siaran ulang acara pensi kemarin di sekolah Oik
‘shiiiit. Kenapa harus ditampilin di televisi sih’ gumam Obiet dari balik pintu
“…….” Tak ada jawaban dari orang yang disebutnya papa (Alvin)
“Papa ingat tujuan kita mengambil Obiet dari Sivia hah?”

#FLASH BACK ON

Banyak sekali korban kecelakaan pesawat yang dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo. Beberapa diantaranya adalah Sivia, Petir, Awan, Pelangi, dan Shilla. Karena benturan dikepala Shilla cukup dahsyat, Shilla meninggal. Sivia mengalami lumpuh pada kakinya, Muka awan terbakar sampai tak berwujud, dan pelangi mengalami kebutaan pada matanya. Sedangkan jasad Petir tidak ditemukan. Dihari yang sama Alvin dan Agni pergi ke RSCM untuk memeriksa kondisi anak wanitanya yang sering mimisan dan jatuh pingsan. Sebut saja Oik. Saat akan pulang, mereka bertemu dengan Sivia yang sedang duduk dengan menggunakan kursi roda.

“Via!!”
“Alvin”
“Maafkan aku, seandainya aku tak menawarkan kerjasama itu ini gak mungkin terjadi”
“Ia vin taka pa”
“Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku. Please!!!”
“Aku, Aku, aku kekurangan biaya untuk operasi pelastik pada wajah Awan vin. Satu-satunya restoran peninggalan Rio sudah aku gadaikan untuk biaya pengobatanku dan pengobatan pelangi”
“Pelangi? Dia kenapa?”
“Matanya buta dan mengalami banyak sobekan dibagian perutnya.Sedangkan Awan, mukanya hancur vin”
“Berapa uang yang kamu butuhkan ?”
“Tunggu!!!!” Agni memecah percakapan Sivia dan Alvin
“Kenapa ma?” Alvin heran
“Kami akan membantu biaya pengobatan puteramu. Asalkan kau menyerahkan puteramu pada kami”
“…” Sivia diam. Hati keibuannya tidak rela, tapi demi kebahagiaan dan keselamatan anaknya, dengan berat hati ia berkata “ya” menyetujui permintaan Agni

Alvin mengajak Agni menjauh dari Sivia

“Apa maksud mama?” bisik Alvin
“Aku akan menjadikan anaknya menjadi seorang dokter hebat yang dapat menyembuhkan penyakit yang diderita Oik” lirih Agni

#FLASH BACK OFF

“Papa ingat tujuan kita mengambil Obiet dari Sivia hah?”
“Ia papa ingat. Hanya keajaiban tuhan yang kini masih memberi kesempatan hidup pada Oik”
“Dan Obiet, yang akan menjadi malaikat Oik, anak kita”

‘Aku bukan anak kandung mereka? Dan mereka membesarkanku karena Oik, bukan karena ketulusan? Dan siapa itu Sivia?’ batin Obiet yang mendengar percakapan itu dari pintu yang setengah terbuka






Akankah Obiet ingat masalalunya?
Bagaimana cara ia menyikapi masalahnya?
Apa penyakit yang diderita Oik?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar