Senin, 22 Juli 2013

Bukannya Tak dianggap

Pernah gak kalian merasakan dicuekin? Dianggap gak ada, bahkan dibeda-bedakan dengan orang lain. Sendiri, sepi dan hampa itulah yang aku rasakan. Mungkin bagi mereka, aku tak ada gunanya. Mereka tak pernah peduli padaku, apa yang kulakukan tak pernah membangkitkan rasa perhatian mereka padaku. Dulu mereka sangat sayang dan memperhatikanku. Apalagi mama, rasa sayagnya kepadaku sangat luarbiasa. Namun semua itu berubah (seminggu yang lalu) setelah kecelakaan maut itu terjadi.

#Flash Back On

“Pa, papa maukan ambil rapot Obiet ke sekolah?” Tanya seorang anak pria berseragam putih abu-abu kepada ayahnya yang sedang minum kopi
“Kenapa gak sama mama aja?” ujar papanya
“Mama kan ambil rapotnya Oik sama Ozi” jelasnya
“Memang waktunya samaan ya?”
“Ya pa”
“Yasudah deh, tnggu papa ganti baju dulu ya!!!!!”
“Ya pa”

Sang papa telah selesai mempersiapkan diri untuk mengambil rapot buah hatinya. Keduanya memasuki inova yang terdapat didalam bagasi dan siap untuk meluncur menuju SMA tempat Obiet bersekolah. Mobil melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi, karena pada saat itu papa harus mengejar waktu untuk menghadiri rapat di kantorya. Hingga tragedy itu terjadi, mobil yang dikendarai papa bertabrakan dengan sebuah bis jurusan bandung-jakarta. Papa meninggal, semua menangisi kepergian papa termasuk mama, Oik dan Ozi. Obiet berusaha menenangkan mama, namun mama tak mau menghentikan tangisnya. Begitu juga dengan Oik dan Ozi, untuk menatap mata Obiet saja mereka seperti tak sanggup.

#Flash Back Off

Semenjak kejadian seminggu yang lalu itu semuanya telah berubah. Kondisi rumah pun telah berubah. Entah mengapa kamarku dikunci oleh mama, sehingga aku tidur di sofa. Apa segitu bencinya kah mereka kepadaku?Rapotku telah diambil oleh mama, tapi mama tidak memberikannya kepadaku. Apakah nilai rapotku sangat jelek sehingga mama tidak mau memperlihatkannya padaku? Dan apakah itu juga yang menjadi penyebab perubahan sikap mama kepadaku? Namun, kenapa Oik dan Ozipun memberi sikap yang sama kepadaku seperti halnya mama yang selalu nyueki aku dan tak peduli padaku.
Kulihat kedua adik kembarku sedang bermain PlayStation bersama di ruang tengah, aku mencoba utuk menghampiri mereka. Aku duduk disamping Ozi. Belum sempat aku berkata sepatahpun, Oik berdiri dan mengajak Ozi untuk meninggalkan tempat ini.

“Zi, kita main basket diluar aja yuk!!!!!” Ajak Oik dengan raut wajah kesal
“Ayo ik, lagian disini kurang menyenangkan” jawab Ozi

Kedua adik kembarku meninggalkan aku tanpa berkata pamit atau sepatah katapun.

“Oik, Ozi !!! Kakak ikut main basket dong!!!” teriakku

Mereka tetap berjalan lurus tanpa menghiraukan teriakanku. Aku hanya mengusap dada lalu mengeluarkan angina kecil dari mulut.

“Huuuuuuuhhhhhhhhhh”

“Oik, Ozi sarapan dulu yuk!!!!!” ajak mama sambil berteriak dibalik pintu dapur

“Hanya Oik dan Ozi yang mama ajak?” gumamku sambil meneteskan air mata

Oke aku anggap biasa semua perlakuan mama, Oik dan Ozi dirumah. Aku tetap berusaha sabar dan menahan semua amarahku kepada mereka. Apa yang mereka lakuka kepadaku sangat menguji imanku. Bahkan ketika berangkat ke sekolahpun aku harus berjalan kaki. Sedangkan kedua adiku diantar mama menggunakan mobil. Semua itu telah mengganggu pikiran dan jalan hidupku. Bahkan disekolah aku berubah menjadi murid yang pemurung dan tidak mau bergaul dengan teman teman. Hari ini sepulang sekolah, aku berencana menjemput ke SMP tempat kedua adik kembarku menuntut ilmu. Mungkin dengan mengajak mereka berjalan-jalan akan membuat mereka kembali seperti dulu. Aku menunggu Oik dan Ozi didepan gerbang sekolahnya. 10 menit kemudian terlihat Oik dan Ozi yang hendak berjalan menuju gerbang untuk keluaR. Aku sudah memeri senyuman dari jarak jauh.

Ketika mereka sudah mulai dekat denganku, mereka melewatiku saja tanpa berucap permisi atau apapun.

“Ik jadi kan?” Tanya Ozi
“Jadi dong ji, mamakan udah nunggu kita disana” jawab Oik
Aku ikut berbicara dan menyamakan langkah disamping Oik,”Kalian mau kemana? Kakak ikut ya!!!!”

Mereka bukannya mejawab malah mempercepat langkah kaki mereka. Aku tahu mungkin mereka tak ingin aku ada disamping mereka. Jarak mereka semakin jah dengaku

“Tuhan dengarkanlah pintaku padamu, tuk bertahan
Tuhan izinkanlah dia kembali seperti dulu, saat kita bersama
Kurasakan semakin jauh untuk bisa kembali disampingmu”

Jarak kami memang cukup jauh, namun bayangan mereka masih terlihat. Aku berusaha berlari untuk mengejar mereka sehingga sampailah disebuah ruangan kecil berbau Obat. Didalam ruangan itu terlihat ada mama, Oik, Ozi dan ……………………………………………………

“Aku?”

Itu aku. Pria yang berada diatas kasur rumah sakit dalam keadaan koma itu adalah aku. Oh tuhan, maafkan aku. Aku sempat berfikir buruk tentang hal ini. Aku mencoba menyentuh pintu masuk ruangan itu,

“Tembus”

Benar ternyata aku tidak nyata. Kecelakaan itu telah merenggut nyawa ayah dan membuatku koma. Aku berusaha memasuki tubuhku yang terbaring itu, namun tetap tidak bisa. Aku mulai menyerah dan aku berdiri disamping mama

“Kakkkkkk Obiet bangun kaaaaaaaaaaaaaaa” rengek Oik
“Kakak jangan susul papa….” Lanjut Ozi
“Obiet mama sayang sama Obiet….. Bangun nak !!!! kami sayang kamu” ucap mama sambil memegang taganku (aku yg trbaring koma)

Mereka telah memberi banyak dorongan untuk kesembuhanku. Aku harus bangkit dan berjuang kembali ketubuhku. Akhirnya ku coba sekali lagi sekuat tenaga untuk kembali ketubuhku dan berkat usaha keras akhirnya aku……


























Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt




“KAKAKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” Jerit Oik histeris
“Semoga kamu dapat berjumpa dengan papa di surga” ucap mama sendu



waktu dan waktu berlalu dan akan kutinggalkan kamu.
Hingga saat ajal datang menjemputku aku akkan pergi
meninggalkanmu, menghitamkan hatimu
jiwamu tertutup tangis hingga hentikan waktu
dengarkanlah aku
dengar lirih hatiku
dekaplah aku sayang
dan aku matiiiii
(michael says_sebelum aku mati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar